“ATAS berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, agar berkehidupan kebangsaan yang merdeka, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Begitulah bunyi alinea ketiga dari preambule Undang-Undang Dasar 1945, yang menegaskan dasar utama dari kemerdekaan Indonesia.
Kebahagiaan yang kita nikmati saat ini adalah hasil dari anugerah Allah Swt yang tak ternilai harganya. Nikmat kemerdekaan ini jauh lebih berharga daripada harta benda. Dalam kehidupan kemerdekaan, kita merasakan kebebasan dalam beragama, berpikir, bertindak, berkumpul, berserikat, dan berkreasi. Namun, di balik kebebasan tersebut, terdapat tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu pertanggungjawaban atas segala pilihan, tindakan, dan ucapan kita.
Kemerdekaan memberikan kita kesempatan untuk beribadah dengan khusyuk dan tenang tanpa ancaman. Ia juga memungkinkan kita menikmati waktu bersama keluarga dengan rasa nyaman dan bahagia. Namun, tidak semua saudara kita merasakan kemerdekaan yang sama. Di Palestina, misalnya, masih ada yang terbelenggu dalam invasi Zionis Israel, merindukan kebebasan yang kita nikmati.
Sekarang, Indonesia telah berusia 79 tahun. Namun, kita harus mengakui bahwa kemerdekaan yang kita rasakan saat ini tidak sepenuhnya bebas dari berbagai bentuk penjajahan baru. Dulu, penjajahan militer menjadi tantangan utama, tetapi kini kita menghadapi penjajahan dalam bentuk ekonomi, budaya, moral, dan pemikiran. Bentuk penjajahan ini sering kali lebih merusak karena menyerang pola pikir dan budaya kita.
Pada hari kemerdekaan yang ke-79 ini, penting bagi kita untuk merenungkan arti sejati dari kemerdekaan. Kemerdekaan tidak bisa diraih tanpa perjuangan, dan perjuangan itu tidak berarti tanpa kebersamaan dan persaudaraan. Dalam konteks ini, mari kita tidak hanya mengenang kemerdekaan, tetapi benar-benar mensyukurinya.
Sebagai umat Islam, syukur atas nikmat kemerdekaan bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai pembuka pintu nikmat lainnya. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an: “Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (kenikmatan tersebut) kepada kalian.” (QS. Ibrahim: 7).
Mensyukuri nikmat yang ada akan membawa kita pada lebih banyak keberkahan. Untuk itu, mari kita manfaatkan kemerdekaan ini dengan cara yang benar. Saling menghargai, membina hubungan yang baik, dan menghindari perilaku yang negatif. Alih-alih saling menghina, mari saling mengajak dalam kebaikan. Alih-alih memojokkan, mari menyejukkan. Kita perlu membangun komunikasi yang konstruktif dan saling mendukung, bukannya mencaci maki dan berdebat tanpa akhir.
Dalam merayakan kemerdekaan, marilah kita menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk bersyukur dan memperkuat persaudaraan. Dengan cara ini, kita tidak hanya merayakan kemerdekaan secara formal, tetapi juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran. Hanya dengan begitu, kita benar-benar dapat merasakan nikmat hidup dalam kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan yang hakiki.
Dedi Irwansa, S.Pd., penulis adalah Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur terpilih periode 2024-2029; Sekretaris Bappilu DPD Demokrat Jawa Timur