MAKLUMAT — Siapa sangka impian Putri Usriliana Rizki Jafar, yang akrab disapa Uti, untuk bisa belajar di kampus dengan perpustakaan buka selama 24 jam non stop kini menjadi kenyataan. Mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu kini tengah menempuh studi di Turki lewat program International Credit Transfer yang ditawarkan kampusnya.
“Di sini, perpustakaannya buka 24 jam. Bahkan ada makanan dan minuman gratis supaya mahasiswa tetap fokus. Fasilitasnya sangat mendukung,” cerita Uti saat berbagi pengalamannya menimba ilmu di Middle East Technical University (METU), salah satu kampus ternama di Turki.
Program kelas internasional Psikologi UMM ini sendiri telah berjalan sejak angkatan 2020 dan menjadi salah satu unggulan. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjalani perkuliahan selama dua tahun di UMM, lalu satu semester di luar negeri. Pilihan negaranya pun beragam, mulai dari Taiwan, Malaysia, hingga Turki, seperti yang dipilih Uti.
Bagi Uti, pengalaman belajar di luar negeri bukan hanya soal akademik. Ia merasakan atmosfer global yang begitu hangat. “Kami tidak cuma belajar di kelas, tapi juga membangun jaringan dengan mahasiswa dari berbagai negara. Sering ada diskusi lintas budaya dan acara kebersamaan seperti konferensi, pesta, sampai festival makanan internasional,” ungkapnya.
Sistem pendidikan di METU sendiri, menurut Uti, menitikberatkan pada teori dan praktik yang seimbang. Mahasiswa diajak aktif lewat metode role-play, diskusi studi kasus, serta dituntut memiliki literasi yang kuat. Tak hanya itu, kampus juga memberikan akses mudah ke berbagai referensi akademik untuk menunjang proses belajar.
Menariknya, meski gaya hidup masyarakat Turki cenderung individualis, Uti justru merasakan kehidupan kampus yang kolektif dan hangat. Mahasiswa asing bahkan difasilitasi kursus bahasa Turki secara cuma-cuma. Meski tidak wajib, sangat membantu untuk beradaptasi.
“Para dosennya juga sangat suportif. Mereka sabar, bahkan sering memakai bahasa sederhana atau baby talk agar kami bisa mengikuti materi dari dasar,” tambahnya.
Dengan segala pengalaman dan kemudahan itu, Uti mengaku semakin termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi di luar negeri. “Program internasional ini bukan hanya memperluas wawasan, tapi juga membuka banyak pintu masa depan,” tandasnya.**