MAKLUMAT – Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya mengingatkan bahaya besar yang dapat ditimbulkan oleh Proyek Strategis Nasional (PSN) Surabaya Waterfront Land (SWL).
Dalam pernyataan sikapnya, MLH menyebut bahwa pembangunan empat pulau baru di Selat Madura sebagai bagian dari proyek tersebut akan menyebabkan perubahan drastis pada bentang alam dan menimbulkan dampak lingkungan yang serius.
Ketua MLH PDM Kota Surabaya, Ramadhani Jaka Samudra menjelaskan bahwa perubahan bentang alam tersebut dapat mengganggu siklus pasang-surut air laut yang memengaruhi parameter fisika dan kimia air, seperti suhu, salinitas, pH, dan kadar oksigen terlarut.
Gangguan itu akan berdampak buruk pada ekosistem mangrove yang memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir.
“Rusaknya ekosistem mangrove akan menyebabkan efek domino yang merusak ekosistem laut secara keseluruhan. Selain itu, pembangunan empat pulau baru ini juga berpotensi menyebabkan pendangkalan muara sungai, yang sangat berbahaya bagi sistem drainase Kota Surabaya,” kata Jaka.
Surabaya memiliki sembilan muara sungai utama di Pantai Timur yang berfungsi sebagai bagian penting dari sistem pengelolaan air kota. Pendangkalan muara akibat proyek ini diperkirakan akan memperburuk risiko banjir, terutama saat musim hujan.
Ancaman Pencemaran Lingkungan
Lebih lanjut, Jaka mengatakan, MLH PDM Kota Surabaya juga menyoroti ancaman pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh proyek tersebut.
Selama tahap konstruksi dan operasional, diperkirakan akan terjadi peningkatan polutan berbahaya seperti logam berat (Pb, Hg, Cd) dan polutan udara (CO, NOx, PM2.5, SO2).
Polusi tersebut tidak hanya mengancam kesehatan manusia tetapi juga merusak ekosistem laut dan pesisir, termasuk habitat ikan dan organisme laut lainnya.
“Bukan hanya lingkungan, dampaknya juga merugikan masyarakat pesisir yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Dengan terganggunya ekosistem laut, hasil tangkapan ikan akan menurun drastis, sehingga mengancam mata pencaharian mereka,” terang Jaka.
Dampak Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Tak hanya itu, MLH juga menyebut dampak proyek itu juga berpotensi meluas ke sektor sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pesisir.
Kehilangan mata pencaharian nelayan akan memicu masalah sosial yang lebih besar, termasuk meningkatnya angka kemiskinan di kawasan Pantai Timur Surabaya.
Sebab itu, MLH PDM Kota Surabaya mendesak pemerintah pusat untuk mencabut PSN SWL. Selain itu, mereka juga memohon dukungan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk membantu masyarakat pesisir melawan proyek ini.
“Kami juga mengajak seluruh elemen Muhammadiyah di Surabaya untuk bergandengan tangan memperjuangkan penolakan proyek ini. Proyek SWL bukan hanya soal pembangunan, tetapi soal masa depan lingkungan dan keberlanjutan hidup masyarakat pesisir,” tandas Jaka.
Penulis: Muhammad Habib Muzaki