22.4 C
Malang
Sabtu, Maret 15, 2025
KilasMuhadjir Effendy Ungkap Silsilah Bupati Ngawi: Beliau Ini Keluarga Muhammadiyah

Muhadjir Effendy Ungkap Silsilah Bupati Ngawi: Beliau Ini Keluarga Muhammadiyah

Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, Muhadjir Effendy (kanan) bersama Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, menjadi narasumber Kajian Ramadan yang digelar PDM Ngawi, Sabtu (15/3/2025). (Foto: Tangkapan layar/ Ubay NA)
Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, Muhadjir Effendy (kanan) bersama Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, menjadi narasumber Kajian Ramadan yang digelar PDM Ngawi, Sabtu (15/3/2025). (Foto: Tangkapan layar/ Ubay NA)

MAKLUMAT — Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, Prof Dr Muhadjir Effendy MAP, mengungkapkan fakta sejarah menarik terkait silsilah keluarga Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono. Ia menyebut, keluarga besar Ony adalah warga Muhammadiyah dari sang buyut.

“Mungkin ada yang belum pernah dengar ya cerita saya ini, jadi Pak Bupati Ngawi ini sebenarnya juga adalah keluarga Muhammadiyah,” ujarnya saat menjadi salah satu narasumber dalam Kajian Ramadan 1446 Hijriah yang digelar di Islamic Centre Muhammadiyah Ngawi (ICMN), Sabtu (15/3/2025).

Muhadjir mengisahkan, sosok buyut Bupati Ony, yakni Haji Mansur adalah teman sang ayah Muhadjir, Soeroja. Ia juga mengungkapkan bahwa Haji Mansur juga termasuk salah satu yang merintis Muhammadiyah di wilayah Caruban dan sekitarnya.

“Buyut beliau itu temannya ayah saya, namanya adalah Haji Mansur, tapi bukan Mas Mansur Surabaya yang Ketua Umum PP Muhammadiyah, tapi Haji Mansur Caruban, itu temannya ayah saya. Termasuk yang merintis Muhammadiyah di wilayah ini, di Caruban dan sekitarnya,” katanya.

Selain Haji Mansur, Muhadjir juga menyebut salah seorang tokoh lain yang juga membantu merintis Muhammadiyah di Ngawi, yakni Poniman alias Dipo Taruno, yang merupakan seorang dalang dan sering bersama dengan Haji Mansur maupun Soeroja.

“Dulu di Ngawi ini juga ada tokoh yang merintis Muhammadiyah di Padas, di Padas Ngawi, namanya Dipo Taruno, itu dulu nama aslinya Ponijan, seorang dalang, sama juga temannya ayah saya karena ayah saya juga dalang, itu dulu satu grup itu, ada Dipo Taruno atau Pak Ponijan dulu panggilannya, kemudian ada Pak Haji Mansur, kemudian ada ayah saya Mbah Roja, itu juga dalang, guru dalang,” ungkapnya.

“Jadi Mas Ony (Bupati Ngawi) ini bibitnya sudah bibit Muhammadiyah sejak awal, dari buyut beliau,” sambung mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.

Perkembangan Muhammadiyah Sejak 1960-an

Lebih lanjut, Muhadjir menceritakan, Muhammadiyah di sekitar Caruban dan sekitarnya, termasuk di Ngawi, mulai tumbuh dan berkembang pada medio 1960-an, atau pasca bubarnya Partai Masyumi.

Ia mengatakan, kader-kader Muhammadiyah saat itu memang kebanyakan terafiliasi dengan Partai Masyumi, karena partai tersebut memang cukup besar di wilayah itu, dan menjadi pesaing utama Partai Komunis Indonesia (PKI) kala itu.

Bubarnya Partai Masyumi, menurut Muhadjir, membuat kader-kader Muhammadiyah yang sebelumnya lebih aktif di Masyumi, menjadi semakin fokus dalam mengembangkan dakwah Muhammadiyah.

“Dulu di Madiun, Caruban, Ngawi dan sekitarnya ini Muhammadiyah baru berkembang sekitar tahun 1960-an, setelah Masyumi bubar,” terang Muhadjir.

“Orang-orang Masyumi inilah kemudian yang mengisi kesibukannya di Muhammadiyah, sebelumnya sudah Muhammadiyah tapi lebih ke Partai Masyumi. Dulu daerah Madiun dan sekitarnya ini yang menang Masyumi dan PKI, pokoknya kalau nggak PKI ya Masyumi di sekitar sini ini,” imbuh pria yang juga Ketua PP Muhammadiyah itu.

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer