23.9 C
Malang
Kamis, Desember 5, 2024
KilasMuhammadiyah Usung Gagasan Indonesia Berkemakmuran

Muhammadiyah Usung Gagasan Indonesia Berkemakmuran

Peserta Tanwir
Peserta Sidang Tanwir Muhammadiyah menyimak pidato iftitah yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Rabu (4/12) malam. Foto:IST

MAKLUMAT – Sidang Tanwir Muhammadiyah 2024 mengangkat gagasan Gerakan Indonesia Berkemakmuran sebagai langkah strategis menjawab tantangan zaman.

Hal itu terungkap dalam pidato iftitah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., dalam sidang pleno pertama yang digelar di Universitas Muhammadiyah Kupang, Rabu (4/12) malam.

Dalam pidatonya, Haedar menekankan pentingnya energi konstruktif untuk menghadapi berbagai tantangan global. Ia mengajak seluruh peserta Tanwir memperkuat kontribusi Muhammadiyah bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan global.

Prof Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan gagasan Gerakan Indonesia Berkemakmuran pada pidato iftitah Sidang Tanwir Muhammadiyah, Rabu (4/12). Foto:IST

“Kami berharap semangat Tanwir ini dapat menjadi tambahan energi konstruktif dalam memajukan persyarikatan untuk kepentingan umat dan kemanusiaan semesta,” ujar Haedar.

Haedar juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya pembukaan sidang Tanwir di Kupang yang berlangsung lancar dan dihadiri Presiden RI, Prabowo Subianto. Kehadiran Presiden disebutnya sebagai simbol sinergi antara Muhammadiyah dan pemimpin bangsa.

Pengayaan Gagasan dan Spirit Kiai Dahlan

Haedar mengungkapkan harapan agar sidang Tanwir kali ini menghasilkan dokumen strategis baru, memperkaya gagasan Indonesia Berkemakmuran yang telah disusun oleh tim. “Kepada  peninjau ada Prof Din Syamsudin, Prof Amin Abdullah, mohon masukan-masukannya agar perspektif ini semakin luas dan mendalam,” katanya.

Ia juga mengingatkan pentingnya menggali kembali spirit pembaruan yang diwariskan pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan. Menurutnya, nilai-nilai teologis dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti Ali Imran ayat 104 dan 110, Surat Al-Asr, serta Surat Al-Ma’un memberikan panduan visioner yang melampaui zamannya.

Haedar menyoroti ayat Ali Imran 104 yang menegaskan pentingnya golongan terpilih yang berbeda dari golongan awam sebagai inspirasi berdirinya Muhammadiyah. Sementara itu, Ali Imran 110 menjadi rujukan cita-cita khairu ummah, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

“Sayangnya, tafsir ini sering terlupakan, padahal jawabannya sudah dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta pada 1968,” katanya. Dalam muktamar itu, khairu ummah didefinisikan dengan 10 ciri utama, termasuk bertuhan, beragama, bersaudara, berhukum syari, hingga berkemajuan.

Relevansi Tafsir di Era Modern

Haedar juga menekankan pentingnya tafsir teologis yang relevan dengan tantangan zaman modern. Ia menyebut Tafsir At-Tanwir sebagai karya monumental Muhammadiyah yang menjawab kompleksitas isu-isu masa kini, mulai dari revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perubahan iklim, hingga Islamofobia di tingkat global.

“Spirit dan visi Kiai Ahmad Dahlan tetap menjadi panduan bagi Muhammadiyah untuk menghadapi masa depan,” tegas Haedar.

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer