Mukjizat! Satu Orang Berdiri Tegak dari Puing-puing Pesawat Air India

Mukjizat! Satu Orang Berdiri Tegak dari Puing-puing Pesawat Air India

MAKLUMAT —  “Semua terjadi dalam 30 detik.” Kalimat pendek itu meluncur pelan dari bibir Vishwash Kumar Ramesh, satu-satunya penumpang yang selamat dari tragedi jatuhnya pesawat Air India di Ahmedabad, India. Satu dari 242 orang korban pesawat Air India. Sebuah statistik yang terdengar seperti mustahil. Namun dunia menyaksikan, lewat sebuah video viral, seorang pria berdiri dengan kemeja berlumur darah, berjalan menjauh dari puing-puing pesawat yang masih mengepul, Kamis (12/6/2025).

Tak ada yang bisa menjelaskan dengan pasti bagaimana tubuh Ramesh tidak hancur bersama badan pesawat yang menghantam bumi. Beberapa menyebutnya keajaiban. Yang lain menyebutnya takdir.

Ramesh, warga Inggris keturunan India, tengah kembali ke London setelah mengunjungi keluarga di India. Ia duduk di kursi 11A—barisan pintu darurat di atas sayap kiri pesawat. Titik yang justru disebut sebagai area paling parah terdampak benturan, menurut analis keselamatan CNN, David Soucie.

“Itu titik benturan utama. Harusnya tidak ada peluang untuk bertahan,” katanya, terheran-heran.

Namun boarding pass yang beredar (meski belum diverifikasi) menunjukkan posisi itulah yang menyelamatkan Ramesh. Mungkin pintu darurat membantunya keluar sebelum pesawat meledak. Atau mungkin, seperti kata orang-orang, Tuhan punya rencana lain untuknya.

Sepi di Tengah Rasa Syukur

Saat ditemukan, Ramesh masih bisa berjalan. Ia berdarah, tapi tidak mengalami luka serius. “Kondisinya stabil. Dia bisa pulang dalam beberapa hari,” kata Prof. Dr. Rajnish Patel dari Rumah Sakit Sipil Ahmedabad seperti dilansir Hindustan Times.

Namun bukan berarti ia bebas dari luka. Di ruang sunyi rumah sakit, Ramesh menahan beban yang lebih berat dari cedera fisik: kehilangan saudaranya yang ikut dalam penerbangan itu. Duduk di barisan berbeda, nasib mereka terpaut oleh detik-detik yang tak bisa diulang.

Baca Juga  DARURAT KEMANUSIAAN: Jalur Gaza Terancam Kelaparan Massal, Seluruh Populasi Hadapi Krisis Pangan Akut

Kepada keluarga di Leicester, Inggris, ia menelepon dan mengabarkan dirinya selamat. Tapi kabar duka tak terhindarkan. “Salah satu saudara laki-lakinya turut jadi korban,” ujar anggota parlemen Inggris, Shivani Raja.

Pesawat itu bukan hanya membawa penumpang internasional—dari India, Inggris, Kanada, hingga Portugal—tetapi juga membawa petaka ke daratan. Saat jatuh, pesawat menghantam sebagian kompleks asrama BJ Medical College. Setidaknya tiga mahasiswa kedokteran meninggal, dan 30 lainnya terluka.

Korban jiwa diperkirakan akan bertambah. Asrama yang seharusnya menjadi tempat para dokter muda bermimpi, kini berubah menjadi lokasi duka dan trauma.

Luka yang Tak Terlihat

Ajay Valgi, sepupu Ramesh, menyampaikan bahwa keluarga masih terpukul meski bersyukur Ramesh hidup. “Kami kehilangan satu anggota keluarga, dan bersama itu, kami berduka dengan semua korban.”

Dari reruntuhan tragedi ini, dunia diingatkan pada dua hal: betapa rapuhnya hidup manusia, dan betapa tak terduganya mukjizat.

Satu orang, 241 jenazah, dan ribuan hati yang patah. Di tengah puing-puing dan asap yang belum reda, Vishwash Kumar Ramesh berjalan. Masih hidup. Mungkin untuk mengisahkan pada dunia: bahwa dari kehancuran total, harapan terkadang muncul tanpa logika.

Sebuah keajaiban yang tidak bisa dihitung oleh angka, tapi akan selalu diingat oleh hati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *