MAKLUMAT – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menantang komunitas internasional saat berpidato di Majelis Umum PBB, Jumat (26/9/2025). Ia menegaskan Israel akan tetap menggempur Hamas di Gaza, meski tekanan global semakin besar.
“Para pemimpin Barat mungkin menyerah di bawah tekanan. Tapi saya jamin satu hal: Israel tidak akan menyerah,” tegas Netanyahu.
Puluhan delegasi memilih keluar ruangan saat Netanyahu membuka pidatonya. Delegasi Amerika Serikat tetap duduk, meski hanya diwakili diplomat muda. Inggris juga tidak mengirim pejabat senior.
Netanyahu langsung menyambar isu pengakuan Palestina oleh beberapa negara. “Keputusan memalukan itu hanya akan mendorong terorisme terhadap orang Yahudi dan orang tak bersalah di mana pun,” ujar Netanyahu melansir Arab News.
Pidatonya berlangsung di tengah teriakan protes yang terdengar dari aula. Namun, tepuk tangan pendukung di galeri juga mengiringi pernyataannya. Netanyahu tampil dengan gaya khas: membawa peta bertajuk Kutukan dan pin kode QR yang menampilkan video serangan Hamas 7 Oktober 2023 serta nasib sandera Israel.
Pemerintah Israel bahkan menyiarkan pidato itu ke Gaza. Pengeras suara dipasang di perbatasan. Netanyahu juga menyebut tentara menyita ponsel warga Gaza untuk menayangkan pidatonya. Klaim itu tak terbukti di lapangan.
Isolasi Kian Kuat
Pidato tahunan Netanyahu kali ini berlangsung di tengah isolasi politik paling tajam. Australia, Kanada, Prancis, dan Inggris sudah mengakui Palestina. Uni Eropa bersiap menjatuhkan sanksi.
Majelis Umum PBB sebelumnya mengesahkan resolusi yang mendesak Israel mengakui negara Palestina. Mahkamah Pidana Internasional sudah menerbitkan surat penangkapan terhadap Netanyahu. Mahkamah Internasional juga mengkaji tuduhan genosida Israel di Gaza.
Di luar gedung PBB, ratusan demonstran pro-Palestina berteriak “malu”. “Israel memilih perang melawan setiap manusia yang berhati nurani,” kata Nidaa Lafi, aktivis Gerakan Pemuda Palestina.
Tekanan Dunia
Dewan Keamanan PBB pekan ini kembali menyoroti serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Namun, mayoritas perwakilan negara justru mengecam serangan balasan Israel. Lebih dari 65.000 warga Gaza tewas. Sembilan dari sepuluh penduduk mengungsi. Krisis pangan kian parah.
Meski lebih dari 150 negara mengakui Palestina, Amerika Serikat tetap berada di barisan Netanyahu. Tapi mantan Presiden Donald Trump sudah memberi sinyal pembatasan. Ia menolak ide aneksasi Tepi Barat. Langkah itu dinilai bakal mematikan peluang solusi dua negara.
Suara Palestina
Sehari sebelumnya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas berpidato lewat video. Visa masuknya ditolak Amerika Serikat. Abbas menyambut pengakuan baru terhadap Palestina, namun meminta dunia bertindak lebih nyata.
“Waktunya telah tiba bagi komunitas internasional untuk membantu rakyat Palestina terbebas dari pendudukan,” kata Abbas.
Palestina menginginkan Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza sebagai wilayah negara mereka. Netanyahu menolak keras. Ia menuding negara Palestina hanya akan menjadi hadiah untuk Hamas.
“Israel memerangi Islam radikal bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk semua bangsa. Anda tahu jauh di lubuk hati bahwa Israel memperjuangkan kepentingan Anda,” tutup Netanyahu.***