MAKLUMAT – Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menegaskan rendahnya nilai Tes Kompetensi Akademik (TKA) bahasa Inggris dan matematika tidak bisa serta-merta dibebankan kepada siswa. Ia menilai hasil tersebut mencerminkan persoalan mendasar dalam sistem pembelajaran nasional.
Menurut Hetifah, capaian TKA yang rendah justru menjadi alarm adanya masalah struktural, mulai dari kualitas dan pemerataan guru hingga metode pembelajaran yang belum relevan dengan kebutuhan siswa.
“Nilai TKA bahasa Inggris dan matematika yang rendah harus dibaca sebagai peringatan adanya persoalan dalam sistem pembelajaran, bukan semata-mata kelemahan siswa,” ujar Hetifah, Kamis (25/12/2025).
Ia menyoroti metode ajar yang masih kurang kontekstual serta minimnya penggunaan bahasa Inggris dalam keseharian belajar di sekolah. Kondisi ini, menurutnya, berdampak langsung pada kemampuan akademik siswa.
Hetifah menegaskan, TKA seharusnya berfungsi sebagai instrumen untuk mengevaluasi kebijakan pendidikan dan memperbaiki proses belajar, bukan sekadar alat mengukur hasil akhir.
“TKA harus menjadi cermin untuk membenahi kebijakan dan proses pembelajaran, bukan hanya menilai capaian siswa,” tegasnya.
Komisi X DPR pun mendorong Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) agar segera melakukan evaluasi kurikulum dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Fokus kebijakan, kata Hetifah, harus diarahkan pada penguatan kapasitas guru, perbaikan materi ajar, serta intervensi berbasis daerah dan mata pelajaran dengan capaian rendah.
“Pendekatannya harus pada peningkatan kualitas pembelajaran, bukan menambah beban asesmen bagi siswa,” ujar dia.
Selain itu, Hetifah menekankan pentingnya penguatan bahasa Inggris sebagai keterampilan global yang fungsional, dengan penekanan pada kemampuan komunikasi dan pemahaman konteks, tanpa mengesampingkan peran bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Data tersebut memperkuat urgensi evaluasi menyeluruh terhadap sistem pembelajaran dan kebijakan pendidikan nasional.