MAKLUMAT – Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut Sebagian besar wilayah di Jalur Gaza sudah tidak layak huni akibat agresi Israel selama lebih dari setahun terakhir.
Plt Wakil Sekjen Bidang Kemanusiaan dan Deputi Koordinator Bantuan Darurat OCHA, Joyce Msuya, mengatakan hal tersebut dalam rapat bersama Dewan Keamanan (DK) PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (12/11/2024) waktu setempat.
Dalam kesempatan itu, Msuya mendesak agar DK PBB mengambil Langkah konkret dan bertindak di Gaza sesuai hukum internasional.
Msuya menekankan, Gaza saat ini mengalami “situasi bencana” akibat gempuran Israel sejak Oktober 2023 lalu dan masih berlangsung sampai saat ini.
Terutama, kata dia, sejak pengepungan Israel di wilayah utara sejak awal Oktober 2024 ini.
“Sebagian besar Gaza sekarang menjadi tanah kosong penuh reruntuhan. Apa perbedaan yang dibuat dan apa langkah pencegahan yang diambil jika lebih dari 70 persen rumah penduduk telah rusak atau hancur?” kata Musya melansir dari laman resmi OCHA.
“Kebutuhan dan layanan pokok, termasuk listrik telah diputus. Ini menimbulkan meningkatnya kekurangan pangan, paceklik, dan yang kita dengar sekarang, potensi bencana kelaparan. Kita melihat tindakan-tindakan yang menunjukkan kejahatan internasional paling buruk,” imbuh Msuya.
Pada saat bersamaan, “rumah-rumah dan sekolah” dibom hingga hancur.
Warga Mencari Bantuan
Msuya juga melaporkan, penduduk utara Gaza ketakutan mencari bantuan karena serangan tentara Israel.
Dia juga menyebut, banyak dapur umum terpaksa tutup dan distribusi bantuan pangan yang menurun drastis.
“Beit Hanoun telah dikepung lebih dari satu bulan,” sebutnya.
“Kemarin, makanan dan air berhasil masuk ke tempat-tempat perlindungan, tetapi hari ini, tentara-tentara Israel memaksa warga keluar dari area yang sama,” sambung Msuya.
Israel Halangi Masuknya Bantuan
Pakar mikrobiologi dan ilmuwan lingkungan hidup asal Tanzania itu mengungkapkan, pasukan Israel juga terus-menerus menghalangi bantuan dan petugas kemanusiaan sejak mengepung utara Gaza.
“Otoritas Israel memblokir bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza Utara, di mana pertempuran terus terjadi, dan sekitar 75.000 orang tanpa pasokan air dan pangan yang cukup,” terang Msuya.
Dia juga mengingatkan bahwa penduduk utara Gaza perlu bantuan segera jelang musim dingin.
“Kondisi hidup di seantero Gaza tidak layak untuk hidup manusia. Makanan tidak cukup. Barang-barang kebutuhan yang diperlukan jelang musim dingin sangat kurang,” kata Msuya.
“Perampasan bersenjata disertai kekerasan terhadap konvoi-konovi kami semakin marak di sepanjang rute dari Kerem Shalom, didorong oleh rutuhnya ketertiban publik dan keamanan.”
Minta DK PBB Bertindak Konkret
Msuya mengingatkan Dewan Keamanan PBB agar menggunakan wewenangnya di Gaza sesuai Piagam PBB.
Ia pun meminta negara-negara anggota PBB untuk menggunakan pengaruh diplomatik dan ekonomi untuk menghentikan pelanggaran hukum internasional di Gaza.
“Sekarang waktunya Dewan Keamanan menggunakan wewenangnya di bawah Piagam PBB untuk memastikan kepatuhan hukum internasional dan implementasi penuh resolusi-resolusinya,” tandas Msuya.