22.7 C
Malang
Sabtu, November 23, 2024
SosokOktober Momentum Bersejarah, Suli Da'im: Anak Muda Jangan Apolitik

Oktober Momentum Bersejarah, Suli Da’im: Anak Muda Jangan Apolitik

Suli Da’im, Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari Partai Amanat Nasional (PAN).

OKTOBER menjadi salah satu tonggak sejarah dalam perjuangan Bangsa Indonesia membangun kesatuan dan persatuan melawan kolonialisme dan imperialisme Belanda, melalui ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Merefleksi momentum Sumpah Pemuda, sudah sepatutnya bagi kalangan muda untuk menghayatinya bukan hanya sebagai tanggal untuk diketahui dan diperingati semata, tetapi bagaimana membangun kesadaran serta mengimplementasikannya dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih di tengah masifnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta hiruk-pikuk ‘musim’ politik dengan segala dinamikanya.

Mantan Anggota DPRD Jawa Timur, Suli Da’im menyebut, persoalan krusial yang harus ditangkap dari peringatan Sumpah Pemuda kali ini adalah keberadaan generasi muda yang menjadi bonus demografi bagi Indonesia. Di satu sisi, hal itu adalah sebuah potensi besar, namun di sisi lain jika tidak dikelola dengan tepat maka akan terbuang sia-sia dan justru bisa memicu problematika bagi negeri ini.

“Generasi muda memiliki pola hidup yang sedikit berbeda, mereka mandiri, sangat akrab dengan dunia IT (Informasi dan Teknologi), internet, dan media sosial,” katanya kepada Maklumat.id, Rabu (11/10/2023).

Melalui momentum peringatan Sumpah Pemuda, lanjut Suli, saya mendorong kepada generasi muda juga agar tidak bersikap apolitik. “Atau jauh dan tidak peduli dengan politik,” sambung pria yang juga menjabat Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM) Jawa Timur itu.

Dia mengaku prihatin ketika melihat dan membaca beragam testimoni ataupun narasi-narasi yang dibeberkan di media sosial, yang memperjelas bahwa tidak sedikit generasi muda yang cenderung bersikap apolitik. Dia mengajak kepada kaum muda untuk peduli kepada politik, melalui cara-cara persuasif, sehingga kalangan muda yang dalam Pemilu 2024 nanti adalah segmen pemilih mayoritas (lebih dari 52 persen pemilih muda dan pemula) tidak golput (golongan putih) alias ‘ogah’ untuk mencoblos.

“Bagi saya, adanya kecenderungan kaum muda kurang bergairah memedulikan, apalagi memasuki dunia politik, bukan hanya terjadi di Indonesia. Hampir di banyak negara gejala serupa terjadi dengan intensitas yang berbeda-beda. Faktor penyebabnya terkait kehadiran dunia maya, teknologi digital dan hiburan-hiburan yang menyertainya,” ungkap Suli.

Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur itu menjelaskan, para generasi muda memiliki pola hidup yang mandiri dan cenderung individualis. Mereka lahir di tengah ragam pilihan dan kebebasan berpikir, lahir dalam kondisi dunia yang relatif damai dan semua serba ada dengan kecanggihannya.

Hal itu, kata Suli, bisa terlihat dari preferensinya seperti traveling, leisure, dan new culture. “Mereka menikmati dunia baru, tantangan baru, dan kenyamanan baru yang dibawa oleh gelombang revolusi informatika,” paparnya.

“Mereka juga bergelut dengan kerja kreatif, seperti membangun bisnis rintisan, mencipta karya-karya kreatif agaknya lebih menawan ketimbang masuk dalam hiruk-pikuk perpolitikan, apalagi yang praktis,” imbuhnya.

Suli, yang dalam Pemilu 2024 akan kembali mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari Partai Amanat Nasional (PAN) menerangkan alasan mengapa kalangan muda harus peduli terhadap politik. Menurut dia, politik adalah persoalan kekuasaan, persoalan keadilan, persoalan kesejahteraan yang merata.

“Segala proses kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus melalui keputusan-keputusan politik itu, maka tentu harus banyak orang-orang, anak-anak muda yang baik, yang optimis, yang visioner, yang cerdas, untuk peduli, terlibat, bahkan masuk ke dalam dunia politik,” terang Caleg DPRD Jawa Timur dapil Ponorogo, Pacitan, Ngawi, Magetan dan Trenggalek itu.

Suli mencontohkannya pada persoalan yang berhubungan dengan kebebasan dan kemerdekaan dalam mengakses informasi, bahwa itu adalah masalah politik. “Maka, mau tidak mau harus dijadikan bagian penting perhatian kaum muda, anak-anak milenial, anak-anak gen z,” tandasnya.

“Makanya, kaum muda harus betul-betul peduli terhadap politik. Karena mereka bisa ikut berkontribusi dalam perkara kekuasaan, keadilan, kesejahteraan. Di mana kehadirannya tak diperoleh dengan gratis, tapi harus dengan sungguh-sungguh diperjuangkan terus-menerus tanpa kenal lelah,” terang Suli. (*)

Reporter: Ubay

Editor: Aan Hariyanto

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer