
MAKLUMAT — Guru Besar Bahasa Indonesia UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto, Abdul Wahid BS, menyatakan dukungan terhadap rencana kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengembalikan sistem penjurusan di jenjang SMA.
“Kalau benar akan ada lagi Jurusan Bahasa Indonesia di SMA, itu hal bagus bagi anak bangsa, sebab akan banyak pilihan bidang keahlian sejak awal di SMA. Selain itu, Gerakan Literasi Bahasa dan Sastra Indonesia akan lebih nyata,” ujar Wahid, dalam keterangan tertulis yang diterima Maklumat.ID, Rabu (23/4/2025).
Sebagaimana diketahui, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd, telah menyatakan bahwa penjurusan IPA/IPS/Bahasa bakal kembali diberlakukan untuk jenjang SMA pada tahun ajaran 2025/2026 nanti.
Hal tersebut dilakukan guna menunjang program Tes Kemampuan Akademik (TKA), yang merupakan pengganti Ujian Nasional (UN) sebagai alat ukur capaian pembelajaran siswa yang akurat.
Dukungan terhadap kebijakan penjurusan SMA itu juga datang dari kalangan sastrawan. Aditya Setiawan, yang merupakan Sastrawan Muda sekaligus Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, menilai dikembalikannya sistem penjurusan bakal berdampak bagus.
“Bagi saya, kembalinya jurusan bahasa di SMA sangat bagus, mengingat perkembangan digitalisasi sangat pesat, apalagi dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Bisa jadi, jurusan bahasa Indonesia di SMA menjadi jantungnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah,” kata dia.
“Kembalinya jurusan bahasa Indonesia bisa mengembalikan martabat bahasa nasional. Dengan mencintai bahasa Indonesia secara utuh, meningkatkan minat membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara baik,” sambung Aditya.
Meski begitu, ia juga memberikan catatan berupa potensi tantangan yang bakal dihadapi dalam pembelajaran bahasa, yakni perkembangan AI yang semakin pesat.
“Tantangan paling kuat adalah perkembangan teknologi AI yang semakin pesat dan cerdas. Sebagai perantara pembelajaran bahasa Indonesia, pengajar harus pandai mengatur anak didik agar tidak mentah-mentah memanfaatkan teknologi,” sebutnya.