Panasonic PHK 10.000 Karyawan Global: Ancaman Baru Industri Elektronik Dunia

Panasonic PHK 10.000 Karyawan Global: Ancaman Baru Industri Elektronik Dunia

MAKLUMAT Panasonic, raksasa elektronik asal Jepang yang selama ini dikenal sebagai pemasok baterai kendaraan listrik Tesla, mengumumkan langkah mengejutkan: pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.000 karyawan secara global. Kebijakan ini menjadi bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang dijalankan perusahaan untuk menjaga profitabilitas di tengah tekanan ekonomi dan perubahan tren pasar.

Melalui brand yang dikenal secara luas sebagai Panasonic, perusahaan asal Osaka ini merupakan manufaktur kelas dunia di bidang elektronik untuk kebutuhan konsumen dan bisnis. Di Asia Pasifik, Panasonic hadir sejak 1961 dengan mendirikan pabrik pertama di Thailand, dan kini beroperasi di lebih dari 80 negara, termasuk Indonesia.

Di Tanah Air, Panasonic Gobel Indonesia memiliki sejarah panjang sejak tahun 1954, ketika Drs. H. Thayeb Moh. Gobel memperkenalkan radio ‘tjawang’, lalu TV pertama pada 1962, serta brand National yang berganti nama menjadi Panasonic pada 2004. Kini, Panasonic masih menjadi merek terkemuka untuk produk elektronik rumah tangga dan solusi sistem industri yang menjawab kebutuhan lokal, dari AC, kulkas, mesin cuci, hingga perangkat perawatan pribadi dan solusi B2B.

Langkah pemangkasan ini menyasar sekitar 4 persen dari total tenaga kerja Panasonic yang mencapai 230.000 orang di seluruh dunia. PHK akan dilakukan dalam tahun fiskal berjalan hingga Maret 2026, dengan 5.000 karyawan terdampak di Jepang dan 5.000 lainnya di berbagai negara, sesuai aturan ketenagakerjaan setempat. “Kami akan meninjau kembali efisiensi operasional, khususnya di departemen penjualan dan nonproduksi,” kata Panasonic dalam pernyataan resmi seperti dilansir CNBC, Jumat (9/5/2025).

Baca Lainnya  DEEP Indonesia Sebut Putusan MA Salah Kaprah, Sarat Nepotisme

Panasonic menyatakan, reformasi ini ditujukan untuk mengatasi “masalah struktural” yang selama ini membebani bisnis, mulai dari turunnya permintaan kendaraan listrik (EV) hingga tekanan harga global. Perusahaan menargetkan kenaikan keuntungan hingga 150 miliar yen, atau sekitar 1 miliar dolar AS, melalui program efisiensi ini.

Rapor Merah Panasonic

Dalam laporan keuangan yang dirilis bersamaan, raksasa elektronik asal Jepang ini mencatat penurunan laba bersih sebesar 17,5% menjadi 366 miliar yen untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2025. Perusahaan juga memperkirakan penurunan laba bersih sebesar 15% untuk tahun mendatang, seiring penjualan yang juga diprediksi turun 8%.

CEO Panasonic Holdings, Yuki Kusumi, sempat mengisyaratkan langkah PHK ini dalam wawancara bersama Nikkei pada April lalu. Ia menyebutkan bahwa efisiensi tenaga kerja menjadi keharusan jika Panasonic ingin tetap bersaing di level global.

“PHK diperlukan agar kami bisa bersaing secara kompetitif dengan perusahaan lain,” ujar Kusumi. Ia menambahkan bahwa perusahaan selama ini mengalami pertumbuhan jumlah pegawai selama masa ekspansi, dan kini saatnya melakukan penyesuaian.

Badai PHK Belum Usai

Keputusan  ini menambah daftar panjang perusahaan teknologi global yang melakukan efisiensi tenaga kerja dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, Google, Amazon, hingga Meta juga mengumumkan gelombang PHK demi menjaga keberlanjutan bisnis di tengah volatilitas ekonomi.

Panasonic, yang berbasis di Osaka, kini bukan lagi semata dikenal sebagai produsen televisi dan penanak nasi. Perusahaan ini telah berekspansi ke berbagai sektor, dari otomotif, perumahan, hingga energi terbarukan. Namun perubahan cepat dalam lanskap teknologi dan pasar global menuntut adaptasi radikal.

Baca Lainnya  Sukiyanto Kembali Pimpin Apindo Sidoarjo

Ke depan, Panasonic menyatakan akan terus memantau dinamika tarif dagang, terutama dengan Amerika Serikat, dan menyesuaikan strategi untuk meminimalisir risiko jangka pendek maupun panjang.

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *