Para Fasilitator PKMU Diminta Siapkan Strategi Hadapi Mahasiswa yang Kritis dan Dinamis

Para Fasilitator PKMU Diminta Siapkan Strategi Hadapi Mahasiswa yang Kritis dan Dinamis

MAKLUMAT — Direktur Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Drs Muadz MAg, membuka langsung kegiatan Training of Trainers (ToT) Fasilitator Pendidikan Karakter Mahasiswa tahun akademik 2025-2026 di Graha Umsida selama dua hari, Sabtu-Ahad (23-24/8/2025).

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Direktorat AIK Umsida, melibatkan para dosen, fasilitator, serta 36 mahasiswa, yang diproyeksikan menjadi pendamping Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida (PKMU) untuk tahun akademik 2025-2026 nanti.

Dalam kesempatan itu, Muadz menyampaikan kontrak belajar, serta pembinaan aqidah akhlak melalui pretest, post-test. Ia juga memaparkan soal urgensi karakter Islami mahasiswa Umsida, hingga proyek perubahan perilaku.

Selain itu, pada malam harinya para peserta ToT fasilitator mengikuti praktik metode tarjih Muhammadiyah terkait tata cara ibadah seperti wudhu, tayammum, mandi besar, hingga shalat berjamaah sesuai HPTM (Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah).

Muadz menandaskan, kegiatan tersebut dilakukan secara rutin tiap tahun, yaitu pelatihan untuk pelatih, pendidik, guru, atau dalam konteks Umsida dinamakan dengan fasilitator. “Kita merupakan bagian dari organ yang ada di Umsida. Karena itu, mau tidak mau harus mengikuti induknya, yaitu Umsida,” terangnya.

Semua fasilitator, imbuhnya, memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu melalui pembinaan kepada para mahasiswa dalam waktu yang relatif lama, mulai dari sekitar September hingga April atau Mei.

Ia juga menjelaskan tentang sejumlah hal terkait tantangan yang dihadapi saat ini. Menurut Muadz, tantangan tersebut semakin besar.

Baca Juga  Ajaran Islam dan Peran Tarjih dalam Memperkuat Pemahaman Keagamaan

Tantangan Para Fasilitator

Lebih lanjut, Muadz menyebutkan terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan. Yang pertama, yakni masyarakat semakin kritis, mahasiswa semakin pandai, hal tersebut harus diikuti dengan sangat hati-hati.

“Umsida telah memperoleh predikat unggul dengan visi menjadi perguruan tinggi unggul dan inovatif berdasarkan nilai-nilai Islam. Kita harus bisa mengikuti visi itu dan disesuaikan dengan kondisi kita masing-masing,” katanya.

Yang kedua, terang Muadz, perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih, dan hal itu juga akan diikuti oleh pengembangan masyarakat yang tidak semakin bodoh, tetapi semakin pandai.

Begitu juga dalam konsep pendidikan karakter atau PKMU, masalah yang dihadapi para fasilitator menjadi semakin kritis. Ia memperingatkan agar para fasilitator tidak menggampangkan sesuatu, sehingga banyak kritik yang kurang dievaluasi.

Yang ketiga, terkait kebijakan pemerintah, Muadz mengungkapkan bahwa masyarakat perlu membaca kebijakan pemerintah yang kira-kira bisa menimbulkan permasalahan atau yang bersinggungan.

Sebut saja UU anti kekerasan atau UU tentang bullying, yang menurutnya, para fasilitator harus benar-benar memperhatikan agar tidak terjadi hal buruk selama pembimbingan.

“Saat ini banyak dijumpai lembaga pendidikan yang dilaporkan oleh orang tua yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah,” tandas Muadz.

Kompetensi yang Harus Ditingkatkan

Dari berbagai tantangan tersebut, Muadz memberikan beberapa alternatif solusi tentang kompetensi yang harus ditingkatkan oleh para fasilitator.

Baca Juga  Fenomena Puasa 1 Jam di Murmansk, Rusia, dan Penjelasan Ilmiahnya

Yang pertama, kata dia, yaitu meningkatkan wawasan keagamaan meskipun di dalam prakteknya, para fasilitator nanti melakukan bimbingan dalam konteks konteks baca Al Quran dan ibadah.

Ia menyarankan agar mereka mengikuti ajaran yang ada di Himpunan Putusan Tarjih (HPT), fatwa tarjih, dan Bahtsul Masail, salah satu fikih yang dikembangkan oleh NU. Intinya, literasi keagamaan harus dikuasai oleh fasilitator untuk membimbing mahasiswa

“Yang kedua adalah wawasan yang sifatnya umum karena ilmu bersifat interaktif dan kumulatif, terutama tentang sains dan teknologi. Jangan hanya membaca sesuai bidang masing-masing saja. Ingat bahwa kita akan membina semua mahasiswa Umsida,” ungkapnya.

Ketiga, lanjut Muadz, adalah keterampilan kompetensi yang berkaitan dengan pendidikan atau pembelajaran. PKMU adalah kegiatan untuk membaca Al Quran dan ibadah.

Para fasilitator seharusnya bisa memiliki kiat-kiat agar bimbingan PKMU bisa terlaksana dengan perasaan bahagia, bukan tertekan. “Jangan sampai nanti nilai pretest lebih rendah dari posttest. Karena itu merupakan tanda gagalnya kita sebagai pendidik,” tegas Muadz.

*) Penulis: Romadhona S / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *