MAKLUMAT — Beberapa jam setelah membaca laporan masyarakat, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa terlihat murka. Ponselnya penuh dengan ribuan pesan yang masuk ke kanal pengaduan “Lapor Pak Purbaya”. Lebih dari 15 ribu pesan WhatsApp ia terima, sebagian besar berisi keluhan soal perilaku aparat Bea dan Cukai di lapangan—mulai dari pungutan liar, pelayanan diskriminatif, hingga gaya hidup yang dianggap tak pantas.

Kemarahan itu kemudian berbuah langkah cepat. Di hadapan awak media, Purbaya mengumumkan pembentukan tim khusus yang beranggotakan pejabat dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta Direktorat Jenderal Pajak.
Tim ini diberi kewenangan penuh untuk memetakan wilayah rawan, menelusuri jaringan cukong, dan memberi rekomendasi sanksi bagi aparat yang terlibat. “Mereka tahu siapa saja oknum dan siapa cukong-cukongnya di tiap daerah. Kalau ada keterkaitan, akan langsung kita proses hukum,” ujarnya tegas, Jumat (17/10/2025).
Langkah Purbaya mengingatkan publik pada kisah klasik dari Amerika Serikat hampir seabad silam. Tepat pada 18 Oktober 1931, Al Capone—sang “godfather” mafia Chicago—dijatuhi vonis 11 tahun penjara dan denda USD80 ribu karena penggelapan pajak. Ia bukan ditangkap karena pembunuhan, judi, atau penyelundupan alkohol, melainkan karena gagal membayar pajak atas keuntungan gelapnya.
Kisah kejatuhan Capone kemudian diabadikan dalam film The Untouchables (1987) garapan sutradara Brian De Palma. Kevin Costner memerankan Eliot Ness, sosok nyata dari Departemen Keuangan AS yang memimpin sekelompok kecil agen dalam misi membersihkan Chicago dari geng kriminal. Ness bukan polisi atau FBI, melainkan pegawai di Prohibition Bureau, lembaga di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas menegakkan Volstead Act—undang-undang yang melarang produksi dan penjualan minuman beralkohol pada masa Prohibition.
Presiden Herbert Hoover saat itu memberi mandat kepada Menteri Keuangan untuk “menghancurkan kerajaan Capone” lewat jalur fiskal. Ness dipilih karena ketegasan, integritas, dan keberaniannya menghadapi mafia yang berkuasa hingga ke lembaga hukum. Dari sinilah lahir pasukan kecil yang dikenal sebagai The Untouchables—julukan bagi para agen yang tak bisa disuap.
Capone akhirnya dijatuhi hukuman 11 tahun penjara federal dan denda lebih dari USD50 ribu, plus tunggakan pajak ratusan ribu dolar. Setelah bandingnya ditolak, ia menjalani hukuman di Atlanta sebelum akhirnya dipindahkan ke Alcatraz. Dunia mencatatnya sebagai ironi besar: seorang gangster legendaris tumbang bukan karena senjata, melainkan karena pajak.
Kini, hampir seabad kemudian, gema kisah itu seperti hidup kembali di Indonesia. Adalah Purbaya Yudhi Sadewa yang mencoba membangun “pasukan kecil Eliot Ness”-nya sendiri untuk menertibkan mafia pajak dan bea cukai. Ia tak menembakkan peluru, tapi menyiapkan senjata administratif dan hukum.
Sebelum membentuk tim ini, Purbaya juga sudah mengguncang dunia perpajakan dengan rencana penagihan kepada 200 penunggak pajak jumbo. Langkah itu diproyeksikan menambah penerimaan negara hingga Rp60 triliun—sebuah sinyal kuat bahwa kementeriannya tak akan lagi menoleransi praktik nakal di sektor fiskal.
Seperti halnya Ness di masa lalu, tim bentukan Purbaya kini berada di garis depan menghadapi jaringan cukong yang selama ini dianggap tak tersentuh. Apakah mereka akan berhasil menegakkan keadilan fiskal seperti sang legenda AS?***