
MAKLUMAT — Angin pagi di Jakarta bertiup lembut saat H. Zakiyuddin Harahap melangkah ke Monumen Nasional, Kamis (20/2/2025). Di balik setelan jas formalnya, ada aura ketenangan yang terpahat dari tahun-tahun tempaan sebagai kader Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Hari itu, ia tak sekadar datang sebagai tokoh masyarakat Medan, melainkan sebagai pemimpin baru yang siap mengemban amanah. Presiden Prabowo Subianto, dengan suara mantap, melantik Zakiyuddin bersama 84 wakil wali kota lain dari seluruh Indonesia untuk periode 2025–2030.
Bagi Zakiyuddin, perjalanan menuju kursi Wakil Wali Kota Medan adalah buah dari dedikasi panjang, bukan sekadar nasib baik. Di perguruan silat Tapak Suci, ia belajar bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada pukulan atau tendangan, melainkan pada keteguhan hati dan ketulusan niat. Seni bela diri yang ia geluti sejak remaja itu bukan hanya soal adu fisik, tetapi juga soal membangun karakter dan kepemimpinan.
Ketika namanya disebut dalam pelantikan, sorot matanya mantap. Ia tahu betul bahwa tanggung jawab yang kini diembannya lebih berat dari sekadar sabuk hitam yang pernah ia raih. Masyarakat Medan menaruh harapan, dan Zakiyuddin berjanji untuk tidak mengecewakan.

Dari Matras ke Balai Kota
Zakiyuddin bukan wajah baru di dunia pengabdian. Sebagai kader Muhammadiyah, ia terbiasa turun ke lapangan, mengurus pendidikan, mengelola kegiatan olahraga, hingga memberdayakan pemuda. Bagi pria yang menghabiskan separuh hidupnya dalam lingkaran dakwah dan pendidikan itu, politik hanyalah ladang baru untuk menyemai kebaikan.
“Ini bukan soal jabatan,” katanya pelan, usai pelantikan. “Ini tentang bagaimana kita bisa mendengar suara rakyat, mengubah keluhan menjadi solusi, dan harapan menjadi kenyataan.”
Di Medan, nama Zakiyuddin lekat dengan aktivitas sosial. Ia sering terlihat di gelanggang olahraga, menyemangati anak-anak muda yang bertanding, atau di sudut-sudut kampung, berbincang dengan pedagang kecil tentang sulitnya ekonomi. Kini, sebagai wakil wali kota, ia ingin mengangkat suara-suara itu ke meja kebijakan.
Harapan dari Keluarga Besar Tapak Suci
Kabar pelantikan Zakiyuddin disambut hangat oleh keluarga besar Tapak Suci. H. Ahmad Arif, SE, MM, tokoh Muhammadiyah dan Pendekar Utama Tapak Suci Sumatera Utara, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
“Selamat kepada H. Zakiyuddin atas pelantikannya sebagai Wakil Wali Kota Medan,” ujar Ahmad Arif. “Kami percaya, dengan latar belakangnya sebagai pendekar Tapak Suci, beliau akan memimpin dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar—mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.”
Di perguruan silat, prinsip itu bukan sekadar slogan, melainkan nilai hidup yang dipegang teguh. Seorang pendekar, kata Ahmad Arif, harus berdiri tegak di tengah badai, jujur dalam setiap kata, dan adil dalam setiap keputusan.
“Semoga beliau terus membawa semangat itu ke Balai Kota. Medan butuh pemimpin yang tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara moral,” lanjutnya.
Langkah Pertama Menuju Perubahan
Kini, lembar baru telah terbuka. Bersama Wali Kota Rico Tri Putra Bayu Waas, Zakiyuddin menghadapi tantangan besar: menata kota, memperbaiki layanan publik, dan merangkul aspirasi warganya. Ia sadar, tidak semua janji bisa ditepati dalam semalam. Tapi seperti dalam latihan silat, langkah kecil yang konsisten akan membawanya menuju kemenangan.
“Saya ingin generasi muda melihat bahwa jalur pengabdian itu luas,” katanya. “Kita bisa memulai dari mana saja—dari gelanggang silat, dari ruang kelas, atau dari kantor pemerintahan. Yang terpenting adalah niat untuk memberi manfaat.”