MAKLUMAT – Lembaga pendidikan menjadi fondasi penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia. Karena itu, pemikir pendidikan Islam perlu terus merawat dan membina sistem pembelajaran yang ramah anak. Itu tidak lain karena setiap anak, Allah ciptakan dengan kecerdasan, keunikan, dan potensi luar biasa.
Meremehkan kemampuan anak sama halnya dengan meremehkan Allah, Sang Pencipta yang telah memberikan potensi dasar kecerdasan di berbagai bidang.
Howard Gardner menuturkan, manusia memiliki delapan kecerdasan: linguistik, logika-matematika, visual-spasial, natural, interpersonal, intrapersonal, musikal, hingga kinestetik. Keragaman ini menjadi alasan kuat perlunya pendidikan yang ramah dan memanusiakan anak.

Guru Bukan Mesin Pencetak
Pendidikan ramah anak menempatkan guru sebagai pembimbing, penolong, dan pengarah. Tugas guru bukan mencetak murid sesuai keinginan pribadinya, melainkan membantu peserta didik menemukan bakat dan minat sesuai kecenderungan masing-masing. Hasil akhirnya tetap bergantung pada kesiapan individu dan kuasa Allah.
Dengan pemahaman ini, guru tidak perlu marah-marah, membentak, atau bahkan melakukan kekerasan ketika murid tidak sesuai harapan. Pendidikan ramah anak justru melahirkan suasana belajar yang tenang, nyaman, efektif, dan kondusif.
Wajah Buram Pendidikan
Realitas di lapangan masih menunjukkan kasus kekerasan dan bullying di sekolah. Ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, kontrol sosial yang keliru: guru memarahi siswa yang gagal memahami pelajaran. Kedua, sistem hirarki sosial di sekolah menempatkan siswa pada posisi terendah, sehingga guru merasa berhak menghukum. Ketiga, faktor ekonomi: kemiskinan sering melahirkan ejekan, hinaan, atau olok-olok antar siswa.
Dampaknya sangat serius. Siswa kehilangan percaya diri karena sering dibentak atau diejek. Ada yang menjadi acuh, ada pula yang berubah menjadi pribadi tertutup, penakut, murung, bahkan trauma ke sekolah. Jika berlanjut, anak bisa mengalami gangguan psikis.
Tujuan Pendidikan Ramah Anak
Pendidikan ramah anak memiliki tujuan jelas. Pertama, melindungi anak dari kekerasan dan diskriminasi. Kedua, mendukung tumbuh kembang anak secara utuh: intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Ketiga, meningkatkan partisipasi anak dalam pembelajaran dan kebijakan yang menyangkut dirinya. Keempat, menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri Sekolah Ramah Anak
Sekolah ramah anak bisa dikenali dari beberapa ciri. Pertama, lingkungan aman dari kekerasan dan bahaya. Kedua, sekolah bersih dan sehat. Ketiga, kesejahteraan dan kebahagiaan anak menjadi perhatian utama.
Selanjutnya, keempat adalah anak terlibat aktif dalam pembelajaran maupun pengambilan keputusan. Kelima, metode belajar kreatif, inovatif, solutif, dan menyenangkan. Keenam, inklusif dan setara, tanpa diskriminasi. Ketujuh, hubungan komunikasi positif antara guru, siswa, orang tua, dan pihak sekolah. Kedelapan, suasana belajar yang menyenangkan, kondusif, dan mendukung tumbuh kembang anak.
Semoga pendidikan Islam mampu menerapkan prinsip ramah anak di semua jenjang. Hanya dengan cara itu kita dapat mewujudkan sistem pendidikan yang benar-benar memanusiakan manusia. Inilah bekal penting untuk melahirkan generasi Islam dan Indonesia yang berkemajuan.(*)