MAKLUMAT – Penerimaan masyarakat terhadap program-program Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berada pada level tinggi. Publik melihat arah kebijakan Mendikdasmen Abdul Mu’ti selaras dengan kebutuhan pendidikan saat ini.
“Program prioritas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah seperti menjawab harapan publik akan terobosan dalam pendidikan kita,” kata Direktur Riset Indostrategi Ali Noer Zaman dalam rilis survei, Senin (24/11/2025).
Berdasarkan survei Indostrategi, Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH) berada di posisi tertinggi dengan 90,1 persen. Berikutnya SPMB sebesar 84,8 persen, disusul Deep Learning 78,6 persen, Koding dan AI 72,7 persen, serta TKA 63,2 persen. IndoStrategi melihat pola bahwa program yang berkarakter dan dekat dengan kehidupan sehari-hari lebih mudah diterima, sementara program yang menuntut literasi digital atau pemahaman teknis cenderung memperoleh respons lebih rendah.
Indostrategi menilai respons publik ini berdasarkan evaluasi terhadap lima program utama Kemendikdasmen, yakni Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (KAIH), Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI), serta evaluasi berbasis Tes Kemampuan Akademik (TKA). Riset berlangsung pada 15 Oktober hingga 15 November 2025 dan melibatkan 510 responden dari 34 provinsi. Mereka mewakili 104 sekolah dari berbagai jenjang, mulai SD hingga SMA/SMK, dengan komposisi dua guru, dua murid, dan satu orang tua di setiap sekolah.
“IndoStrategi juga melakukan spot check terhadap 20 persen data serta memvalidasi temuan melalui Focus Group Discussion (FGD) bersama 13 ahli dan praktisi pendidikan,” ujar Ali.
Hasil penelitian menunjukkan dukungan kuat dari guru dan orang tua, sementara murid tetap menunjukkan penerimaan yang cukup positif meski tingkat pemahaman dan optimisme mereka berada sedikit di bawah kelompok dewasa. Pada program SPMB, tingkat awareness guru mencapai 95 persen, optimisme 90 persen, dan dukungan 88 persen. Orang tua tidak jauh berbeda, dengan masing-masing 90 persen, 89 persen, dan 87 persen. Murid berada pada angka 85 persen, 82 persen, dan 78 persen.
Kesenjangan Penerimaan di Jawa dan Luar Jawa
Namun tingginya penerimaan publik bukan berarti Kemendikdasmen bebas tantangan. Managing Director IndoStrategi, Visna Vulovik, menjelaskan bahwa tantangan literasi berperan besar dalam membentuk respons publik, terutama pada program berbasis teknologi dan pembelajaran kognitif mendalam. Temuan lembaganya menunjukkan adanya kesenjangan signifikan antara Jawa dan luar Jawa. Pada program Deep Learning, misalnya, antusiasme guru di Jawa mencapai 54 persen, tetapi di luar Jawa hanya 31 persen. Perbedaan hingga 20–30 poin pada berbagai indikator ini dinilai sebagai sinyal bahwa strategi komunikasi kebijakan perlu disesuaikan dengan konteks wilayah.
“Publik menginginkan terobosan pendidikan yang lebih jelas, mudah dipahami, dan merata. Pemerintah perlu memperkuat komunikasi kebijakan, menjadikan guru sebagai motor utama implementasi, serta memberi pendampingan intensif bagi murid. Pemerataan antara Jawa dan luar Jawa juga harus diprioritaskan,” kata Visna.
IndoStrategi kemudian merumuskan serangkaian langkah yang dapat ditempuh pemerintah berdasarkan temuan riset tersebut. Lembaga ini mendorong penguatan peran guru dalam pelaksanaan program, penyusunan strategi komunikasi yang lebih efektif bagi murid, serta peningkatan keterlibatan orang tua melalui komunikasi yang konsisten dan bersifat personal. Diferensiasi kebijakan dinilai perlu diterapkan untuk menjembatani ketimpangan penerimaan di berbagai wilayah. IndoStrategi juga menyoroti pentingnya penyederhanaan konten dan alat bantu program berbasis teknologi agar lebih mudah dipahami, serta penguatan saluran informasi resmi yang dapat diakses publik secara luas. Pelibatan guru, murid, dan orang tua dalam evaluasi dan penyempurnaan program menjadi bagian dari proses yang menurut Visna perlu dipertahankan.