MAKLUMAT — Kebijakan baru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang mengganti skema Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), turut membawa perubahan pada mekanisme seleksi siswa. Salah satu perubahan signifikan adalah penghapusan jalur zonasi, yang kini diganti menjadi jalur domisili.
Di tengah pro-kontra yang berkembang, banyak sekolah swasta yang menyambut positif kebijakan ini. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMK Triyasa Surabaya, Imam Syafi’i, menyebut penghapusan sistem zonasi memberi dampak langsung pada jumlah pendaftar ke sekolahnya.
“Tapi sistem yang baru ini keterkaitan sudah tidak adanya zonasi, itu lebih berdampak positif bagi kami. Dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mana sistem zonasi presentasinya lebih besar kan seperti itu,” katanya kepada Maklumat.id, Sabtu (5/7/2025).
Menurutnya, selama sistem zonasi masih berlaku dengan porsi besar, masyarakat sekitar cenderung mengutamakan sekolah negeri. Mereka langsung mendaftarkan anak ke sekolah negeri terdekat tanpa mempertimbangkan pilihan lain.
Imam menjelaskan, tahun ini menjadi kali pertama SPMB diterapkan. Meskipun sistem domisili tetap ada, porsinya kini lebih kecil dibanding sebelumnya. Baginya, ini memberi peluang bagi sekolah swasta seperti SMK Triyasa untuk kembali menjangkau calon siswa dari sekitar lingkungan sekolah.
“Yang utamanya dari dampak sistem yang baru ini keterkaitan dihapusnya zonasi, lumayan berdampak ke kita. Masyarakat sekitar sini yang awalnya langsung masuk di negeri karena zonasi, tapi sekarang langsung kembali ke kita lah, katakanlah gitu,” ujarnya.
Meski begitu, Imam mengakui bahwa SMK Triyasa masih dalam tahap berkembang. Saat ini, target pengisian kelas belum tercapai secara penuh. Dari tiga jurusan yang masing-masing menargetkan satu kelas dengan 32 hingga 36 siswa, jumlah pendaftar masih belum mencapai setengahnya.
“Kita kan targetnya masing-masing jurusan itu satu kelas full, dalam artian kuota per kelasnya antara 32 sampai 36 siswa. Jadi kalau totalnya kita buat 36 siswa, di kami ada tiga jurusan berarti ada tiga kelas, di kelas 10 itu 108. Kita sementara ini sekitar 40 anak, jadi belum 50 persen,” katanya.
Imam berharap jumlah pendaftar akan bertambah setelah pengumuman hasil seleksi sekolah negeri keluar. Namun, ia menilai waktu antara pengumuman hasil SPMB negeri dan awal tahun ajaran baru terlalu sempit. Hal itu menjadi persoalan tersendiri bagi sekolah swasta, yang berharap bisa segera memproses siswa baru.
“Kita tahu bersama kan awal tahun ajaran baru tanggal 14 Juli. Kemarin negeri baru pengumuman, otomatis masih ketambahan daftar ulang, belum lagi nanti pemenuhan bangku dan lain sebagainya. Jadi itu juga bagi swasta ya terlalu mepet sih untuk waktunya,” katanya.
Ia menyebut persoalan ini sudah sering dibahas di forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Salah satu usulan yang diajukan adalah agar jadwal penutupan pendaftaran sekolah negeri tidak terlalu dekat dengan awal tahun ajaran.
“Kalau bisa penutupan SPMB di SMK Negeri ataupun SMA Negeri itu dikasih waktu yang agak lama sebelum pelaksanaan atau awal tahun ajaran baru,” tandasnya.