22.9 C
Malang
Senin, Februari 24, 2025
KilasPenjelasan Menteri Abdul Mu’ti: Deep Learning Bukan Sekadar AI, tapi Pendekatan Pemahaman

Penjelasan Menteri Abdul Mu’ti: Deep Learning Bukan Sekadar AI, tapi Pendekatan Pemahaman

Deep Learning
Mendikdasmen Abdul Mu’ti saat menjelaskan deep learning di Universitas Prof Dr Hamka, Sennin (17/2/2025). Foto:Uhamka

MAKLUMAT — Konsep deep learning atau pembelajaran secara mendalam menjadi perbincangan luas setelah Abdul Mu’ti ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun, pemahaman masyarakat terhadap konsep ini beragam dan tidak selalu sejalan dengan apa yang dimaksud Mu’ti.

Dalam Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning bertema Implementasi Deep Learning dalam Rangka Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Mu’ti mengupas konsep ini secara mendalam.

“Saya pertama kali menyampaikan pandangan tentang deep learning dalam pengajian di Ranting Muhammadiyah Pondok Cabe. Kemudian, pembahasannya tersebar luas. Karena sudah bocor, ya sudah, kita teruskan saja. The show must go on,” ujar Mu’ti melansir laman Jakartamu, Senin (17/2/2025).

Mu’ti menegaskan bahwa deep learning bukanlah sebuah kurikulum, melainkan pendekatan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan pemahaman yang lebih dalam. Ia juga menepis anggapan bahwa deep learning identik dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

“Saya dijapri seorang profesor, ‘Mas, deep learning itu kan artificial intelligence?’ Saya katakan bisa ya, bisa tidak. Kalau di Wikipedia, memang munculnya itu. Tetapi, deep learning sudah ada jauh sebelum Wikipedia ada, sebelum AI berkembang seperti sekarang ini,” kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu di Aula Ahmad Dahlan, FKIP Uhamka.

Pendekatan Kualitatif dalam Pendidikan

Mu’ti mengungkapkan bahwa deep learning telah diperkenalkan sejak 1976 di negara-negara Skandinavia seperti Norwegia dan Swedia. Ia mengutip tulisan Ference Marton dan Roger Säljö yang mengusulkan pendekatan kualitatif sebagai alternatif dari metode kuantitatif yang berfokus pada akumulasi pengetahuan tanpa pemahaman mendalam.

“Pendekatan kuantitatif berorientasi pada what atau ‘apa yang dipelajari’, bukan how well atau ‘seberapa baik seseorang memahami’. Siswa seringkali hanya menghafal tanpa memahami bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata,” ujarnya.

Sebagai contoh, ia menyoroti pembelajaran matematika yang kerap berorientasi pada hafalan rumus, tanpa dihubungkan dengan pemecahan masalah sehari-hari. Akibatnya, siswa tidak memahami konsep dasar di balik rumus yang mereka pelajari.

Mendorong Pembelajaran yang Bermakna

Mu’ti juga membandingkan metode deep learning dengan pendekatan tradisional yang hanya berfokus pada nilai ujian dan hafalan. Menurutnya, metode berbasis hafalan sering kali mengurangi makna belajar menjadi sekadar latihan menjawab soal tanpa pemahaman mendalam.

“Banyak siswa yang hanya mengejar skor tinggi, bahkan sampai mencari bocoran soal. Ini menciptakan budaya pembelajaran yang tidak bermakna,” ujarnya.

Sebaliknya, pendekatan deep learning menekankan pemahaman konsep, keterkaitan antardisiplin ilmu, serta penerapan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Ia mencontohkan bagaimana konsep sepeda dapat dipelajari dari berbagai perspektif, seperti mekanika dalam fisika, keseimbangan tubuh, hingga etika berlalu lintas.

Mu’ti juga menyoroti fenomena schooling without learning, di mana sekolah hanya menjadi tempat formalitas tanpa memastikan siswa benar-benar memahami ilmu yang berguna dalam kehidupan. Konsep ini, katanya, telah banyak dibahas dalam berbagai literatur pendidikan global, termasuk oleh UNESCO.

Karena itu, ia mengajak para pendidik untuk mulai menerapkan pendekatan deep learning agar peserta didik tidak hanya bersekolah, tetapi juga benar-benar belajar.

Deep learning adalah proses memahami sesuatu secara utuh, tidak terpisah-pisah, serta mampu menghubungkan berbagai aspek ilmu dalam kehidupan nyata,” katanya.

Seminar ini dihadiri kepala sekolah dan guru se-Jabodetabek. Rektor Uhamka, Prof Gunawan Suryoputro, menekankan pentingnya metode deep learning bagi pendidik dan mahasiswa keguruan.

“Pendekatan ini perlu dipahami dan diterapkan oleh para guru dan mahasiswa pendidikan agar proses belajar-mengajar lebih inovatif dan menyenangkan,” kata Gunawan.

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer