MAKLUMAT — Ayah yang terlibat aktif dalam pengasuhan terbukti mampu membentuk karakter anak yang lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan. Hal ini disampaikan Psikolog UGM Novi Poespita Candra, menanggapi maraknya fenomena “fatherless” di masyarakat urban.
Menurut Novi, kehadiran ayah secara fisik dan emosional berdampak langsung pada perkembangan sosial-emosional anak.
“Anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih tangguh dan tidak ragu menghadapi tantangan sosial,” jelasnya seperti dikutip dari laman suaraislam.id, Kamis (24/7/2025).
Ia menambahkan, kegiatan seperti berolahraga bersama, berdiskusi tentang nilai hidup, hingga mendampingi saat belajar adalah bentuk pengasuhan sederhana namun efektif dalam membangun resiliensi anak.
Anak Tanpa Figur Ayah Rentan Alami Gangguan Psikologis
Novi mengingatkan, anak yang tumbuh tanpa relasi kuat dengan ayah bisa mengalami ketimpangan psikologis. Misalnya, anak laki-laki menjadi canggung dalam relasi sosial, sementara anak perempuan berpotensi terlalu mudah atau justru sulit mempercayai laki-laki.
Fenomena fatherless ini makin tampak di kota-kota besar, ketika ayah kerap absen secara emosional akibat kesibukan atau jarak komunikasi dalam keluarga.
Pemerintah Luncurkan Gerakan Ayah Mengantar Anak Sekolah
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025 melalui BKKBN, yang mendorong Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.
Kepala BKKBN Wihaji mengatakan, gerakan ini menjadi simbol keterlibatan ayah dalam pola asuh yang selama ini banyak diabaikan.
“Kami ingin membangun budaya baru: ayah harus hadir, bukan hanya sebagai pencari nafkah, tapi juga pembentuk karakter anak,” tegas Wihaji.
Program ini masuk dalam paket Quick Wins BKKBN melalui Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).