MAKLUMAT — Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato panjang di hadapan peserta Musyawarah Nasional (Munas) VI Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Senin (29/9/2025). Prabowo menegaskan bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang berada dalam fase penting untuk “membereskan rumah tangga sendiri” di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian dan ancaman.
“Saudara-saudara, kita hadir dalam keadaan sekarang yang kita sama-sama rasakan, dunia penuh dengan ketidakpastian bahkan ancaman. Perang di mana-mana terjadi, bahkan di Eropa mereka khawatir pecah perang dunia ketiga,” ucap Prabowo membuka pidatonya.
Prabowo menyinggung penderitaan rakyat akibat perang dan bencana kemanusiaan. Menurutnya, bangsa Indonesia juga menghadapi masalah serupa, meski dalam bentuk yang berbeda. “Kita sedang membereskan rumah tangga kita, sedang membereskan diri kita sendiri,” tegasnya.
Politik untuk Rakyat
Dalam pidatonya, Prabowo mengingatkan kembali arti politik yang sesungguhnya. Menurutnya, politik adalah keinginan untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Namun, praktiknya sering bergeser menjadi perebutan kekuasaan demi kepentingan pribadi.
“Kekuasaan itu harus diminta dari rakyat. Rakyat harus memberi secara ikhlas. Lalu penerima kekuasaan harus menggunakannya dengan sejujur-jujurnya dan searif-arifnya. Itu baru negara berhasil,” ujarnya.
Prabowo menekankan, tujuan negara yang berhasil adalah saat rakyatnya bisa hidup dalam kecukupan dan kemakmuran. Ia pun menegaskan bahwa demokrasi Indonesia dijalankan melalui partai politik, sebagai perwakilan kedaulatan rakyat dalam pemilu.
Kaget Parahnya Korupsi
Prabowo juga menyoroti masalah korupsi yang ia sebut sebagai hambatan terbesar kemajuan bangsa. Bahkan, ia mengaku kaget saat mengetahui betapa parahnya praktik korupsi setelah ia menjabat presiden.
“Saya tidak menduga parahnya korupsi ini. Tapi saya bertekad menegakkan pemerintahan yang bersih. Hanya dengan pemerintahan yang bersih Indonesia bisa bangkit,” katanya.
Prabowo menyinggung korupsi sistemik yang dilakukan dengan cara-cara tersamar, seolah legal padahal merugikan negara. Ia mencontohkan kasus tambang ilegal timah di Bangka Belitung yang mencapai 1.000 titik. “Mulai 1 September, saya perintahkan TNI, Polri, dan Bea Cukai lakukan operasi besar-besaran. Kita perkirakan bisa selamatkan Rp45 triliun tahun depan dari dua pulau ini saja,” tegasnya.
Ia juga mengungkap adanya temuan mineral berharga dalam limbah tambang, termasuk rare earth (tanah jarang), yang selama ini dianggap tak bernilai. “Ini harus kita jaga agar tidak bocor lagi ke luar negeri,” tambahnya.
Makan Bergizi Gratis
Prabowo lantas mengaitkan upaya pemberantasan kebocoran negara dengan program prioritas pemerintahannya: Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, Rp300 triliun hasil penyelamatan keuangan negara sudah digunakan untuk membiayai program ini.
“Sampai hari ini sudah menjelang 30 juta penerima manfaat: anak-anak dan ibu hamil tiap hari menerima makanan. Ada kekurangan, iya. Tapi penyimpangannya hanya 0,0017 persen. Itu usaha manusia yang besar,” jelasnya.
Ia menargetkan program ini bisa menjangkau 82 juta penerima manfaat. Selain menekan angka gizi buruk, program ini juga disebut mampu menggerakkan ekonomi desa. “Kita balik sekarang, uang masuk ke desa-desa. Inilah yang akan menciptakan lapangan kerja dan kepastian pasar bagi petani,” ungkapnya.
Sentil Nilai 11 dari Anies
Dalam kesempatan yang sama, Prabowo kembali menyinggung momen debat Pilpres 2024 ketika Anies Baswedan memberi dirinya nilai 11. Ia menegaskan tidak menyimpan dendam atas hal itu.
“Saya enggak dendam sama Anies. Kalau dikasih nilai 11, saya enggak apa-apa,” kata Prabowo.
Menurutnya, penilaian tersebut justru memberi efek simpati publik. “Sebetulnya dia yang bantu saya menang karena emak-emak kasihan. Kalau debat presiden enggak ada keributan, rakyat kan enggak senang. Kita harus demokrasi yang dewasa,” tambahnya disambut tawa hadirin.
Lawan Penyimpangan Sistemik
Prabowo menegaskan komitmennya melawan penyimpangan sistemik yang selama ini membuat kekayaan bangsa bocor ke luar negeri. Ia meminta dukungan semua pihak, termasuk PKS, untuk bersama membangun pemerintahan yang bersih.
“Tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan ratusan juta rakyat kita. Kita harus berani memperbaiki sistem yang keliru. Saya mohon doa dan dukungan saudara-saudara, supaya Presiden Prabowo Subianto lebih berani lagi,” pungkasnya.***