MAKLUMAT — Banyak orang tua menganggap anak yang makan lahap dan piringnya selalu penuh sebagai tanda cukup gizi. Namun, menurut dr M Bambang Edi Susyanto SpA MKes, hal itu belum tentu menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi penting, terutama mikronutrien.
“Mikronutrien adalah serat-serat makanan yang diperlukan tubuh dalam jumlah relatif sedikit, tetapi jika tidak dipenuhi akan menyebabkan gangguan kesehatan,” jelas dr Bambang.
Mikronutrien sendiri terdiri dari dua kelompok besar, yakni vitamin dan mineral. Vitamin A, B, C, D, hingga E memiliki peran penting dalam metabolisme, pertumbuhan, serta daya tahan tubuh. Sedangkan mineral seperti zat besi, yodium, zinc, dan kalsium diperlukan untuk pembentukan darah, fungsi tiroid, pertumbuhan tulang, dan kekebalan tubuh.
Sayangnya, kesadaran akan pentingnya mikronutrien ini masih sering terabaikan. Orang tua cenderung lebih fokus pada makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak karena porsinya lebih tampak secara visual.
“Padahal, jika kebutuhan mikronutrien tidak terpenuhi, anak-anak bisa mengalami gangguan kesehatan yang serius. Salah satu contohnya adalah kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Kondisi ini tak hanya membuat anak tampak pucat dan lesu, tetapi juga menghambat kemampuan konsentrasi mereka di sekolah,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.
dr Bambang juga menjelaskan bahwa kebutuhan mikronutrien meningkat drastis pada masa-masa krusial, seperti dalam 1.000 hari pertama kehidupan serta masa pubertas. Pada fase-fase tersebut, pertumbuhan otak, tulang, dan sistem imun sangat bergantung pada kecukupan vitamin dan mineral.
Menurutnya, pola makan seimbang dengan memanfaatkan bahan pangan lokal sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mikronutrien. Ia menyarankan konsumsi buah segar, sayur hijau, daging, ikan, telur, dan produk olahan susu sebagai sumber alami yang mudah dijangkau.
“Namun, dalam kondisi tertentu, suplementasi memang dibutuhkan, misalnya pada bayi di bawah dua tahun yang memerlukan tambahan zat besi, atau pada anak yang sedang mengalami diare yang perlu tambahan zinc,” jelasnya.
Tak hanya anak-anak, dr Bambang juga mengingatkan bahwa ibu hamil, remaja, hingga lansia termasuk kelompok rentan yang berisiko mengalami kekurangan mikronutrien dan sering kali membutuhkan suplemen sesuai anjuran medis.
“Menjadi orang tua berarti bisa mengenali fase-fase penting perkembangan yang memerlukan perhatian ekstra terhadap asupan mikronutrien. Kesehatan anak dimulai dari piring makan di rumah. Jangan tunggu sampai mereka sakit baru menyadari pentingnya mikronutrien,” pungkasnya.