PKI dan Pergerakannya

PKI dan Pergerakannya

MAKLUMAT — Banyak Peristiwa di Bulan Mei, termasuk terbentuknya PKI (Partai Komunis Indonesia). Kalau berbicara PKI tidak bisa lepas dari sejarah ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging). Karena ISDV adalah persiapan ideologi, politik, dan organisasi bagi kelahiran PKI itu sendiri.

ISDV adalah permulaan perpaduan Marxisme dengan gerakan kelas buruh Indonesia. ISDV sendiri merupakan hasil sejarah modern Indonesia, sesudah Indonesia lahir adanya hubungan produksi kapitalis, lahirnya kelas-kelas baru – borjuis dan proletar, nation dan pergerakan nasional Indonesia. ISDV mendapat basis dukungan yang luar biasa di kalangan rakyat mengingat hampir seluruh anggotanya orang Belanda.

Kalau kita membaca sebelum terbentuknya PKI, komunisme di Indonesia diperkenalkan oleh seorang sosialis radikal yang berkebangsaan Belanda bernama Sneevliet yang datang ke Indonesia sebagai pegawai kantor datang di Semarang pada tahun 1913.

Soegiarso Soerojo dalam bukunya menyebut bahwa kedatangan Sneevliet tidak jelas motifnya, tetapi dia dengan segera melihat suatu tanah subur di Indonesia bagi pertumbuhan komunisme. Dia juga saat masih di Hongkong pernah menjadi anak buah Tan Malaka.

Sneevliet bersama rekan-rekannya kemudian mendirikan ISDV setelah melaporkan kondisi Indonesia ke Lenin. Akhirnya Lenin pada 7 Mei 1913 menulis dalam harian Provda, ”suatu perkembangan penting adalah penyebaran gerakan demokratis revolusioner di Hindia Belanda, di Jawa, dan kepulauan lainnya yang berpenduduk kira-kira 40 juta jiwa”.

Dalam catatan Prof. Jimly Asshiddiqie, pengaruh kiri yang dibawa ISDV ke SI (Sarekat Islam) bertambah besar dan menyebabkan konflik internal yang parah dan menyebabkan timbulnya dua faksi di tubuh SI, ada SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Islam). Ketika pelaksanaan Kongres VI-SI pada Oktober 1921 di Surabaya, saat itu Fraksi Komunis dipimpin Semaun dan Tan Malaka berupaya menguasai jalannya kongres.

Baca Juga  Bergerak Maju di Tahun Baru

Namun usaha itu dapat digagalkan oleh seorang Pimpinan SI bernama Haji Agus Salim. Beliau seorang Islam yang nasionalis dan moderat yang dengan tegas membela organisasi. Haji Agus Salim mematahkan semua argumen Semaun dan Tan Malaka, bahwa Nabi Muhammad SAW sudah mengajarkan sosialisme sejak 2.000 tahun silam sebelum Karl Marx.

Pada bulan Mei 1920, ISDV banyak meraih dukungan besar dari para anggota SI, kemudian berganti nama Perserikatan Komunis di Hindia Belanda, dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) dibentuk pada tahun 23 Mei 1920, didahului oleh serikat buruh dan organisasi sosial lainnya.

PKI kemudian terlibat dalam pemberontakan di Jawa Barat dan Sumatera Barat pada tahun 1926. Setelahnya, PKI mengalami pasang surut, termasuk di masa Perang Dunia II dan pasca kemerdekaan. PKI menjadi bagian penting dalam pemerintahan Sukarno dan bahkan terlibat dalam peristiwa G30S/PKI yang menyebabkan banyak korban.

Cara perebutan kekuasaan pimpinan negara yang menjadi strategi kaum komunis disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Di Indonesia, PKI berhasil menginfiltrasi Jusuf Muda Dalam ke dalam PNI dan sekaligus digoalkan menjadi Menteri dengan tugas mengacaukan perekonomian dan mengadakan inflasi besar-besaran. Golongan Agama dan Nasionalis dipasangkan perangkap dengan ”iming-iming” kekuasaan, uang, dan wanita.

Komunis Gaya Baru (KGB)

Yang harus terus diwaspadai adalah adanya Komunis Gaya Baru (KGB). Apalagi setelah tragedi di tahun 1965, tidak mustahil PKI akan menyusun cara dan strategi dalam meneruskan apa yang telah menjadi agendanya. Bahkan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie saat menjabat sebagai Pangdam Cenderawasih di Jayapura menyatakan bahwa dalam kurun waktu 35 sampai 40 tahun yang akan datang, terhitung sejak 1965, PKI akan bangkit kembali.

Baca Juga  Batu Sandungan Kesetaraan Gender dalam Realita Pemilu 2024

Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan penyusupan di segala bidang pemerintahan, TNI, partai politik, berbagai lembaga yang ada, melalui kegiatan sosial, ekonomi, politik, militer dan budaya sebagaimana yang telah mereka lakukan di tahun 1950-1965.

Tidak menutup kemungkinan hal itu sudah berjalan hingga saat ini. Kebangkitan komunisme lewat tulisan, gerakan sosial dan massa, menghilangkan atau menghapus berbagai perundang-undangan dan peraturan yang membatasinya. Bahkan belakangan muncul Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nomor: 001A/PER.KOMNAS HAM/II/2014 Tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Korban dan/atau Keluarga Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat menuai banyak kritik.

Maraknya pembelaan terhadap PKI di media cetak dan elektronik serta Medsos secara demonstratif dan proPokatif. KOMNASHAM dan berbagai LSM mati-matian membela PKI atas nama HAM. Pernyataan “PKI adalah korban” seringkali merujuk pada peristiwa 1965 di Indonesia, di mana banyak orang, termasuk anggota PKI, dibunuh setelah peristiwa Gerakan 30 September (G30S).

Gerakan 30 September adalah upaya kudeta yang disalahkan pada PKI, yang mengakibatkan pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat. Setelah peristiwa ini, terjadi pembersihan besar-besaran terhadap orang yang dianggap sebagai komunis atau pendukung PKI, dengan perkiraan 500.000 orang dibunuh. Paling tidak tercatat dalam sejarah Indonesia modern, PKI telah melakukan pemberontakan sebanyak tiga kali, yaitu :

  1. Sesudah periode Kebangkitan Nasional Mei 1920, yaitu tanggal 19 November 1926;
  2. Masa awal kemerdekaan ada pemberontakan Madiun yang dipimpin Muso dan Alimin pada 17 September 1948;
  3. Pemberontakan 30 September 1945 yang dilancarkan oleh D.N. Aidit bersama Biro Khusus CC PKI. Bahkan rencana pemberontakan ini tidak hanya dilakukan di Jakarta saja, melainkan juga meluas ke daerah-daerah.
Baca Juga  Al-Ma’un Hijau: Ijtihad Menuju Manusia Ekologis

Dilansir dari nursyamcentre.com bahwa kader-kader komunis adalah kader-kader yang militan, mereka terus berjuang dengan berbagai cara dan menghalalkan segala macam cara. Komunisme sejak dulu sampai sekarang masih saja gigih luar biasa di berbagai media masa dalam bermacam kesempatan memperagakan tiga wajah yaitu wajah berlapis topeng, Pejuang Hak Asasi Manusia, Pro Demokrasi dan Tidak Anti Agama.

Nampaknya perjuangan PKI dengan metode dan cara tersebut banyak membawa keberhasilan. Monumen Poo An Tui di TMll, muncul kembali jargon-jargon PKI seperti Sama Rata Sama Rasa, masyarakat tanpa kelas, maraknya logo PKI palu arit di kaos, kalender, dan lain-lain menjadi beberapa bukti keberhasilannya.

Cinta Tanah Air bukan hanya sekadar ungkapan emosional, tetapi harus menjadi kekuatan moral dan ideologis yang diaktualisasikan ke dalam strategi dasar pembangunan nasional. Dalam konteks Indonesia, semangat cinta tanah air harus berciri khas Indonesia, yaitu berakar kuat pada nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara dan panduan kehidupan berbangsa.

 

*) Penulis: Anang Dony Irawan
Wakil Ketua PCM Sambikerep, Pengajar Universitas Muhammadiyah Surabaya, Anggota APHTN-HAN dan MAHUTAMA, Penikmat Sejarah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *