MAKLUMAT – Beberapa waktu lalu orang tua membawa bayi berusia satu bulan ke playground mendadak viral dan langsung menuai perhatian publik. Praktik tersebut tidak sesuai dengan tahap tumbuh kembang bayi dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan.
Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Evi Rinata, menegaskan bahwa playground pada dasarnya tidak dirancang sebagai ruang pengasuhan bayi usia dini, terutama bayi yang masih berada pada fase neonatus.
“Bayi usia satu bulan belum berada pada fase eksplorasi lingkungan. Secara motorik dan sensorik, mereka belum siap untuk aktivitas seperti di playground,” kata Evi, mengutip laman resmi Umsida (27/12/2025).
Risiko Kehilangan Kesehatan Mental
Menurutnya, playground hanya untuk anak-anak yang telah memiliki kontrol kepala, koordinasi otot, serta kematangan sistem sensorik. Sementara pada usia 0–1 bulan, bayi masih sangat bergantung pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti nutrisi, kenyamanan fisik, dan rasa aman.
Evi menilai, membawa bayi ke playground bukanlah bentuk stimulasi yang tepat. Justru sebaliknya, aktivitas tersebut berisiko menimbulkan overstimulasi yang tidak dibutuhkan bayi. “Stimulasi yang tidak sesuai usia bukan hanya tidak bermanfaat, tetapi bisa membahayakan perkembangan bayi,” tegasnya.
Ia menjelaskan, pada fase awal kehidupan, tubuh bayi masih dalam tahap adaptasi ekstrauterin. Otot leher belum kuat menopang kepala, sistem saraf masih sangat sensitif, dan daya tahan tubuh belum optimal. Kondisi ini membuat bayi rentan terhadap berbagai risiko medis jika dibawa ke lingkungan publik seperti playground.
Gangguan Fisik dan Motorik
Beberapa risiko yang dapat muncul antara lain gangguan stabilitas leher dan tulang belakang, kelelahan fisiologis, gangguan tidur, hingga peningkatan risiko infeksi. “Sistem imun bayi masih sangat imatur. Area publik seperti playground memiliki potensi paparan kuman yang tinggi,” ujar Evi.
Lebih jauh, Evi menekankan bahwa pola pengasuhan yang tidak sesuai pada usia dini dapat berdampak jangka panjang. Pada masa emas perkembangan otak, bayi butuh stimulasi yang tepat, bertahap, dan responsif. Overstimulasi justru dapat mengganggu proses pematangan neurologis, terutama dalam regulasi stres dan emosi.
Selain aspek fisik, pengasuhan yang keliru juga berpengaruh pada pembentukan ikatan emosional antara bayi dan orang tua. “Jika bayi sering berada dalam situasi yang tidak nyaman, pola kelekatan bisa terganggu. Ini berpengaruh pada perkembangan psikologis anak ke depan,” jelasnya.
Fokus Kebutuhan Dasar Pengasuhan
Evi mengingatkan, pengasuhan bayi seharusnya berfokus pada kebutuhan mendasar, seperti kehangatan, nutrisi yang cukup, tidur berkualitas, dan rasa aman. Bukan mengikuti tren atau konten media sosial yang belum tentu sesuai dengan prinsip kesehatan bayi.
Ia juga menegaskan peran tenaga kesehatan, khususnya bidan, sangat penting dalam memberikan edukasi kepada orang tua, baik sebelum maupun setelah persalinan. “Edukasi pengasuhan harus bersifat preventif. Orang tua perlu mendapatkan informasi yang benar dari sumber ilmiah dan tenaga kesehatan,” katanya.
Evi berharap kasus bayi di playground menjadi pembelajaran bersama. “Tidak semua yang terlihat menarik di media sosial aman untuk bayi. Playground bukan tempat pengasuhan bayi usia dini,” pungkasnya.