MAKLUMAT — Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Said Abdullah, menyebut bahwa kehangatan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, menunjukkan bentuk sikap kenegarawanan yang sejati dari kedua tokoh bangsa itu.
Sekadar diketahui, Prabowo dan Megawati tampak sangat akrab ketika keduanya menghadiri Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila pada Senin (2/6/2025). Menurut Said, hubungan kedua tokoh tersebut sudah terjalin sejak lama, khususnya dalam urusan strategis seperti ideologi negara.
“Hubungan keduanya terajut dengan baik sejak lama, baik dalam konteks politik, apalagi dalam urusan strategis menyangkut ideologi negara Pancasila,” ujar Said dalam keterangannya, dikutip Selasa (3/5/2025).
Prabowo Sempat Silaturahmi ke Kediaman Megawati
Pria asal Sumenep Madura itu mengungkap bahwa pada awal April 2025 lalu, Presiden Prabowo juga telah bersilaturahmi ke kediaman Megawati di Menteng, Jakarta. Menurut dia, langkah tersebut mencerminkan penghormatan Prabowo terhadap para pemimpin bangsa, terlebih Megawati juga merupakan Presiden ke-5 RI, serta Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
“Ini menjadi modal penting dalam menjaga stabilitas politik dan keberlangsungan pembangunan nasional,” tandas Said.
Lebih lanjut, Said juga menyoroti bagaimana dalam pidato resminya, Presiden Prabowo menyebut nama Megawati Soekarnoputri yang paling awal, bahkan sebelum tokoh negara lainnya. Hal itu, menurutnya, bukan sekadar bentuk basa-basi politik.
“Presiden memberi tempat terhormat kepada Ibu Mega (Megawati). Ini menunjukkan penghormatan mendalam, bukan semata hubungan pragmatis politik,” kelakarnya.
Mewarisi Tradisi Para Tokoh Bangsa Terdahulu
Pria yang juga menjabat Ketua Banggar DPR RI itu meyakini, Megawati juga menyambut positif pidato yang disampaikan Prabowo, yang menekankan sekaligus menegaskan soal pentingnya persatuan nasional dalam menghadapi tantangan-tantangan kebangsaan ke depan.
Menurut Said, keakraban Prabowo dan Megawati juga mewarisi tradisi para tokoh bangsa terdahulu yang tetap menjaga hubungan baik meski berbeda pandangan politik. Ia mencontohkan pada perbedaan pandangan politik antara Buya Hamka dan Soekarno.
“Kita ingat bagaimana Buya Hamka menjadi imam salat jenazah Presiden Soekarno, padahal hubungan politik mereka sangat keras,” sebutnya.
Said menilai, pertemuan batin antara Prabowo dan Megawati lebih dari sekadar politik kasat mata. “Cara pandang kita tidak bisa hanya dengan lensa politik lahiriah yang dinamis. Hanya mereka yang telah zuhud dalam bernegara yang bisa memahami kedalaman momen ini,” tandasnya.
Diketahui, Presiden Prabowo dan Megawati hadir berdampingan di Gedung Pancasila dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila. Momen keakraban keduanya juga terekam di ruang tunggu, ketika Prabowo menyapa Megawati dengan gurauan. “Ibu agak kurus, Bu. Waduh, luar biasa. Diet Ibu berhasil,” canda Prabowo.
“Oh iya, diet kurus itu,” balasnya Megawati sembari menyunggingkan senyum. Momen tersebut menjadi sorotan publik sebagai simbol komunikasi dan rekonsiliasi yang hangat di tengah dinamika politik nasional.