Produksi Nikel dan Efisiensi Biaya Jadi Andalan Kinerja MBMA

Produksi Nikel dan Efisiensi Biaya Jadi Andalan Kinerja MBMA

MAKLUMAT – Efisiensi biaya dan peningkatan produksi menjadi faktor utama penggerak kinerja PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) pada kuartal ketiga 2025. Emiten nikel di bawah grup Merdeka Copper Gold ini mencatat pertumbuhan kuat di sektor penambangan dan kemajuan signifikan pada proyek hilirisasi strategis, meski harga jual rata-rata nikel turun di pasar global.

Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo menyebut hasil kuartal ketiga ini mencerminkan perbaikan struktural di seluruh rantai operasi perusahaan. Tercermin dari penambangan, logistik, hingga pengolahan.

“Kinerja kuat pada kuartal ini menunjukkan efisiensi biaya per unit yang terus membaik, peningkatan kapasitas produksi bijih, serta kemajuan proyek HPAL dan AIM yang akan menjadi transformasi besar bagi MBMA dan industri bahan baku baterai Indonesia,” ujarnya, Senin (11/11/2025).

Produksi Bijih Nikel Melonjak

Tambang nikel milik PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), entitas anak MBMA, mencatat lonjakan produksi yang signifikan. Produksi saprolit meningkat 89 persen menjadi 2 juta ton basah (wet metric ton/wmt). Sedangkan limonit naik 51 persen menjadi 5,6 juta wmt dibanding periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan ini tak lepas dari ekspansi kapasitas tambang dan penerapan efisiensi operasional yang lebih ketat. Biaya tunai saprolit turun ke USD23,3/wmt dari USD23,8/wmt, sementara margin kas naik 49 persen dari kuartal sebelumnya.

Untuk limonit, biaya tunai turun dari USD9,9/wmt menjadi USD7,9/wmt, dengan margin kas yang melonjak 20 persen secara tahunan atau year onyear (yoy).

Baca Juga  Parigi, Surga Durian dengan Rasa Legit dan Aroma Khas

Efisiensi di Sektor Pengolahan

Meski produksi Nickel Pig Iron (NPI) turun menjadi 19.819 ton, margin NPI justru naik tajam menjadi USD2.215 per ton nikel. Hal ini tak lepas dari efisiensi biaya dan optimalisasi pasokan bijih internal. Perusahaan juga mampu menekan biaya tunai NPI hingga 16 persen menjadi USD9.059 per ton.

“Peningkatan efisiensi ini adalah hasil dari disiplin biaya di seluruh rantai operasi,” ujar Teddy. “Kami memastikan setiap lini operasional bekerja secara produktif dengan biaya serendah mungkin tanpa mengorbankan kualitas dan keselamatan,” ia menambahkan.

Pendapatan dan Prospek

Selama sembilan bulan di tahun 2025, MBMA mencatat pendapatan (belum audit) sebesar USD935 juta, turun 32 persen dari tahun lalu. Penurunan ini tak lepas dari turunnya kontribusi dari segmen NPI dan High-Grade Nickel Matte (HGNM).

Namun demikian, perusahaan mampu menutup dengan meningkatkany pendapatan dari segmen limonit dan proyek lainnya.

Perusahaan juga telah menandatangani kontrak jangka panjang penjualan produk nickel matte dengan harga yang menguntungkan. Produksi HGNM direncanakan kembali berjalan pada kuartal IV 2025.

“Ke depan, fokus kami tetap pada ekspansi armada tambang, penyelesaian infrastruktur pipa slurry, serta optimalisasi biaya di seluruh lini operasi. Ke depan, MBMA berpotensi menjadi salah satu pemasok bahan baku baterai global terkemuka,” ujar Teddy memungkasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *