23 C
Malang
Sabtu, November 23, 2024
TopikProf Haedar Nashir Kembali Terpilih dalam Daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di...

Prof Haedar Nashir Kembali Terpilih dalam Daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2025

Prof Haedar Nashir
Prof Haedar Nashir kembali masuk daftar 500 tokoh muslim berpengaruh dunia 2025. Foto:Muhammadiyah

MAKLUMAT — Ada tokoh-tokoh yang tanpa kita sadari telah menorehkan jejaknya, bukan sekadar untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kemanusiaan. Prof Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, adalah salah satu dari mereka.

Nama Prof Haedar Nashir kembali tercantum dalam daftar The World’s 500 Most Influential Muslim 2025, sebuah penghargaan dua tahunan yang diadakan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA), yang memotret kontribusi tokoh-tokoh Muslim di seluruh dunia.

Ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar penghargaan yang diberikan. Ini adalah pengakuan, tidak hanya bagi Haedar sebagai individu, tetapi juga bagi Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan.

Ketika kita berbicara tentang Muhammadiyah, tidak semata-mata kita bicarakan tentang sebuah organisasi yang lahir pada tahun 1912. Muhammadiyah, dengan teologi Al-Ma’un yang menjadi landasannya, adalah refleksi dari nilai-nilai kebajikan, pengabdian, dan humanisme dalam Islam.

Dan di tangan Haedar Nashir, nilai-nilai tersebut terwujud dalam bentuk aksi nyata yang menyentuh banyak hati, melampaui batas-batas negara, agama, dan suku.

Sejak menjabat pada 2015, Haedar tidak hanya membangun Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang prima dan inklusif, tetapi juga menjadikan Muhammadiyah sebagai aktor global.

Haedar mengukuhkan Muhammadiyah sebagai gerakan yang diakui dunia, dibuktikan dengan diraihnya Zayed Award 2024.

Penghargaan ini bukan sekadar trofi yang dipajang di rak, melainkan simbol dari kepercayaan dunia terhadap peran Muhammadiyah dalam menjawab tantangan zaman.

Mercusuar Dunia

Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah tidak hanya bekerja untuk umat Islam Indonesia, tetapi juga menjadi mercusuar bagi dunia.

Bicara tentang dunia, Haedar sering mengingatkan bahwa Muhammadiyah hadir untuk semua. Ini bukan sekadar slogan. Di wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, mayoritas penduduknya adalah non-Muslim.

Namun, Muhammadiyah tetap hadir membangun universitas, sekolah, dan layanan sosial, membawa semangat persaudaraan yang melampaui sekat-sekat agama.

Empat universitas di Papua dan dua universitas di NTT adalah bukti dari misi besar yang diemban Muhammadiyah—“Muhammadiyah for All”.

Integrasi sosial antara umat Islam, Kristen, dan Katolik di sana bukan sekadar wacana, melainkan kenyataan yang dibangun dengan kerja keras dan ketulusan.

Haedar tidak hanya bicara tentang inklusivitas di dalam negeri. Muhammadiyah telah menunjukkan kontribusinya dalam penyelesaian konflik di Filipina dan Thailand selatan, dua wilayah yang penuh dengan ketegangan etnis dan agama.

Program kemanusiaan yang dijalankan di Rohingya dan Cox’s Bazar di Bangladesh adalah bukti nyata bahwa Haedar dan Muhammadiyah membawa pesan persaudaraan universal.

Namun, apa yang membuat Haedar begitu berkesan adalah bagaimana ia melihat dunia. Dalam pandangannya, setiap manusia berhak untuk hidup damai dan bahagia, tanpa diskriminasi atau penindasan.

Madrasah di Beirut

Inilah alasan mengapa Muhammadiyah membangun madrasah di Beirut untuk anak-anak Palestina dan sebuah sekolah di Rakhine bagi anak-anak Rohingya. Gerakan ini bukan soal agama, tetapi soal kemanusiaan.

Haedar menyadari, di dunia modern ini, umat manusia membutuhkan lebih banyak ruang untuk saling memahami dan bekerja sama. Tidak ada yang lebih berharga dari rasa kemanusiaan yang tulus, yang bisa menjembatani perbedaan dan memperkuat persaudaraan.

Haedar tidak berpidato dengan lantang, tetapi setiap langkahnya berbicara tentang kebijaksanaan, keadilan, dan moderasi. Nilai-nilai inilah yang terus ia bawa, baik dalam internal Muhammadiyah maupun di panggung dunia.

Sebagai pemimpin, ia menyadari semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi umat Islam dan umat manusia pada umumnya. Namun, ia percaya bahwa melalui kolaborasi dan kebijaksanaan, dunia bisa menjadi tempat yang lebih baik.

Kontribusi untuk Kemanusiaan

Mungkin inilah yang menjadikan Haedar Nashir berbeda. Dia bukan sekadar tokoh yang duduk di belakang meja, tetapi seorang pemimpin yang menjejakkan kakinya di tanah, yang menyadari bahwa aksi nyata lebih berarti daripada sekadar retorika.

Dan dalam setiap aksinya, ada Muhammadiyah yang bergerak untuk semua, tanpa pandang bulu, tanpa batas. Di dunia yang penuh ketidakpastian, sosok seperti Haedar adalah pelita yang menunjukkan jalan bagi mereka yang ingin hidup dalam kedamaian dan harmoni.

Penghargaan The Muslim 500 memang layak diberikan kepadanya, tetapi lebih dari itu, kontribusi Haedar adalah untuk kemanusiaan.

Di tangan Haedar, Muhammadiyah bukan hanya organisasi Islam terbesar di Indonesia, melainkan juga jembatan yang menghubungkan dunia dengan nilai-nilai kebaikan yang tidak pernah lekang oleh waktu.

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer