MAKLUMAT – Upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di Jawa Timur mendapat dorongan melalui penguatan program keterampilan digital yang melibatkan UNICEF, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Program ini menargetkan siswa SMA, dengan penekanan pada peningkatan partisipasi remaja perempuan dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Chief of Education UNICEF Indonesia, Katheryn Bennett, menegaskan bahwa manfaat yang dirasakan para peserta menjadi indikator penting untuk menilai dampak langsung inisiatif tersebut.
Ia menilai penguatan kapasitas manusia merupakan agenda strategis nasional yang tidak dapat dilepaskan dari kolaborasi lintas sektor.
“Kami berharap momentum yang sudah tercipta dapat terus dijaga. Perluasan jangkauan peserta akan dilakukan melalui berbagai bentuk kemitraan, baik dengan pemerintah daerah maupun sektor publik dan swasta,” ujarnya ketika ditemui di Demo Day di Surabaya, Rabu (26/11/2025).
Ia menambahkan, 60 persen peserta program saat ini merupakan pelajar perempuan—angka yang dinilainya signifikan untuk memperkuat representasi perempuan di bidang STEM.
Rencana kelanjutan program tahun depan masih dalam tahap penyusunan. Menurut Bennett, proses perencanaan tengah berlangsung sebelum memasuki fase penyusunan teknis untuk tahap berikutnya.
Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa, Arie Rukmantara, menuturkan bahwa Program Double Track milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menjadi sorotan setelah memasukkan keterampilan digital sebagai salah satu materi pelatihan.
Melalui kemitraan dengan ITS dan Dinas Pendidikan Jawa Timur, siswa kini dapat memilih pelatihan digital sebagai tambahan dari opsi sebelumnya, seperti engineering, tata boga, dan hospitality.
“Setelah empat tahun bekerja sama, kini sudah 8.000 anak menerima program ini, dan 60 persen di antaranya remaja putri,” kata seorang perwakilan UNICEF.
Empat tahun kolaborasi itu dirayakan melalui pameran karya yang menampilkan beragam inovasi digital buatan siswa, mulai dari aplikasi, robotika, hingga teknologi Internet of Things (IoT).
Dari lebih dari 400 ide solusi, tujuh kelompok siswa dipilih untuk menampilkan hasil terbaik mereka berdasarkan komitmen dan konsistensi selama pelatihan.
Sejumlah siswa mengaku materi digital skill yang mereka dapatkan jauh melampaui pelajaran TIK di sekolah. Yaisi Azzahra Saputra, siswa SMAN 1 Widodaren, Ngawi, mengatakan, program tersebut memperkenalkan mereka pada teknologi IoT, optik, pengembangan aplikasi, hingga pembuatan situs web.
“Kami tidak hanya belajar konsep, tetapi bisa membuat dan mengembangkan ide baru,” ujarnya.
Siswa peserta program telah menghasilkan aplikasi seperti SIMART dan Scrolling, serta beberapa laman web, termasuk “Serasada” dan layanan masyarakat “Dokter Rajuman”. Mereka juga mengembangkan produk IoT, seperti Smart Fishpond dan Tanuk Box, yang memadukan sensor, sistem otomatisasi, serta pemantauan berbasis ponsel.
“Smart Fishpond dan Tanuk Box ini cukup kompleks. Kami menggunakan sensor, coding, dan sistem otomatisasi. Semuanya bisa dipantau dari HP,” ujar salah satu siswa.
Menurut dia, dua inovasi tersebut menunjukkan bagaimana teknologi dapat diterapkan untuk menjawab kebutuhan nyata di sekitar lingkungan mereka.
UNICEF menilai capaian tersebut penting bukan hanya sebagai hasil pelatihan, melainkan juga langkah strategis memperluas akses STEM bagi kelompok yang selama ini kurang terwakili, terutama remaja perempuan.
“Hari ini adalah perayaan bahwa 60 persen remaja putri di Jawa Timur sudah terpapar dan mengenal STEM,” kata perwakilan UNICEF itu.