Proyek Lunar Hatch: Budidaya Ikan Kakap di Luar Angkasa untuk Masa Depan

Proyek Lunar Hatch: Budidaya Ikan Kakap di Luar Angkasa untuk Masa Depan

MAKLUMAT — Ikan kakap atau sea bass akan dibudiyakan di luar angkasa. Peneliti biologi laut dari French National Institute for Ocean Research, Dr Cyrille Przybyla menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari proyek ilmiah bernama Lunar Hatch. Przybyla yang merupakan penggagas proyek ini berharap hal itu dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Dilansir dari The Guardian pada Senin (28/4/2025), proyek ini bertujuan untuk meneliti apakah ikan kakap dapat dibudidayakan di bulan sebagai sumber makanan bagi astronaut di masa depan. Tidak hanya di bulan, proyek ini juga menargetkan untuk dapat membudidayakan ikan tersebut di Planet Mars pada masa yang akan datang.

“Ikan merupakan sumber protein yang sangat baik karena merupakan organisme hewani yang paling mudah dicerna dan mengandung omega 3 serta vitamin B penting yang akan dibutuhkan astronaut di luar angkasa untuk mempertahankan massa otot,” kata Przybyla.

Pengujian laboratorium telah menunjukkan bahwa telur ikan dapat bertahan dalam kondisi peluncuran menuju luar angkasa. Sekarang, proyek ini sedang menunggu misi luar angkasa untuk memvalidasi penelitian tersebut. Dengan demikian, proyek ini sudah dimulai dan sedang dalam tahap persiapan untuk uji coba di luar angkasa.

Sebelumnya, aktivitas untuk mengirim ikan ke luar angkasa telah beberapa kali dilakukan. Namun melalui Lunar Hatch, untuk pertama kalinya ditemukan hipotesis kuat bahwa ikan benar-benar dapat dibudidayakan dan digunakan sebagai sumber makanan rutin bagi astronaut.

Przybyla yakin bahwa jika badan antariksa dunia memutuskan untuk membangun pangkalan di bulan, Lunar Hatch akan dapat menyajikan ikan kakap pada menu astronaut setidaknya dua kali seminggu. Bahkan, Lunar Hatch juga dirancang untuk tidak menghasilkan limbah.

“Tujuan Lunar Hatch adalah tidak menghasilkan limbah. Semuanya didaur ulang melalui sistem akuakultur yang harus berjalan sendiri selama empat hingga lima bulan,” jelasnya.

Bahkan, proyek ini bukan hanya bermanfaat untuk memenuhi konsumsi manusia di luar angkasa. Przybyla mengatakan program Lunar Hatch memiliki aplikasi yang sama pentingnya di Bumi.

“Di Bumi, akuakultur sirkular daur ulang ini penting tidak hanya untuk pelestarian lingkungan tetapi juga untuk ketahanan ekonomi. Prinsip yang sama yang berlaku untuk bulan dapat digunakan untuk memberi makan masyarakat yang terisolasi,” jelasnya.

Hampir Satu Dekade Lunar Hatch

Pada tahun 2016, European Space Agency (ESA) atau Badan Antariksa Eropa meminta ide-ide dari komunitas ilmiah untuk pangkalan bulan masa depan yang mereka sebut sebagai Moon Village atau Desa Bulan. ESA lalu menyukai proposal yang diajukan oleh Przybyla.

Selanjutnya pada akhir tahun 2018, Przybyla menerima pendanaan pertamanya dari Centre National d’études Spatiales (CNES) atau Badan Antariksa Nasional Prancis. Proyek yang digagas Przybyla ini telah memakan waktu hampir satu dekade dan telah membuat sebuah kemajuan.

Langkah awal yang dilakukan Przybyla adalah memastikan apakah telur ikan yang telah dibuahi dapat menahan guncangan selama peluncuran luar angkasa. Pusat Antariksa Universitas Montpellier membantu dengan mensimulasikan dorongan roket Soyuz Rusia, yang dikenal menghasilkan getaran paling besar saat peluncuran.

“Kemudian kami mengamati hal-hal lain yang dapat mengganggu sel-sel ikan dalam perjalanannya, termasuk hipergravitasi yang disebabkan oleh percepatan dan radiasi kosmik, dan apakah sel-sel tersebut akan terus terbentuk atau apakah DNA dan perkembangannya akan terpengaruh,” paparnya.

Sejauh ini, pengujian yang dilakukan di fasilitas ilmiah kecil di pinggiran Kota Palavas-les-Flots, Hérault, Prancis telah menunjukkan hasil positif. Atas kemajuan ini, Przybyla memaparkan bahwa langkah selanjutnya adalah mengujinya dalam kondisi nyata.

“Kami telah melakukan semua simulasi yang mungkin dapat kami lakukan di lapangan sehingga tujuannya sekarang adalah untuk memiliki misi luar angkasa guna memverifikasi data tersebut dan agar kami dapat memeriksa perbedaan antara kelompok kontrol saudara ikan yang masih ada di Bumi,” katanya.

Meski demikian, Przybyla harus menunggu hingga CNES dan Nasa’s Kennedy Space Center milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) di Florida, Amerika Serikat mencarikan tempat untuk menjalankan misi luar angkasa dan menguji teorinya. “Sayangnya, kami tidak dapat memastikan kapan hal itu akan terjadi, tetapi kami berharap hal itu akan terjadi dalam waktu dekat,” tandasnya.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *