QR Code di Peta Desa, Jejak Digital KKN Unmuh Jember untuk Sumberejo

QR Code di Peta Desa, Jejak Digital KKN Unmuh Jember untuk Sumberejo

MAKLUMAT — Sebuah plang besar kini berdiri kokoh di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember. Bukan sekadar papan nama, melainkan peta desa lengkap yang dirancang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Muhammadiyah Jember, kelompok 14.

Papan itu menampilkan batas wilayah administrasi, jalan utama, fasilitas umum, hingga lokasi wisata. Yang menarik, peta tersebut juga dilengkapi QR Code. Warga atau wisatawan cukup memindai dengan ponsel pintar untuk mendapatkan informasi tambahan, mulai dari rumah perangkat desa, sarana prasarana, sampai destinasi wisata di Sumberejo.

“Sekarang warga lebih mudah tahu letak dusun, jalur penghubung, maupun lokasi fasilitas pendidikan dan kesehatan,” ujar salah satu anggota kelompok KKN.

Bagi wisatawan, plang peta ini ibarat kompas modern. Desa Sumberejo memang punya pantai indah dan aktivitas masyarakat pesisir yang bisa jadi daya tarik. Dengan peta, pengunjung tak lagi bingung mencari jalan. Arah lebih jelas, perjalanan pun terasa nyaman.

Program pemasangan plang peta ini tidak lahir begitu saja. Mahasiswa KKN bekerja bersama pemerintah desa dan warga setempat sejak tahap perencanaan, pengumpulan data, hingga pemasangan. Lokasi plang dipilih di titik strategis agar mudah dijangkau siapa pun.

Kepala Desa Sumberejo mengaku bangga. Menurutnya, peta desa bukan sekadar identitas visual, tetapi juga sarana penting untuk pembangunan dan pelayanan publik jangka panjang.

“Mahasiswa berhasil meninggalkan jejak nyata di desa ini. Peta akan bermanfaat bukan hanya sekarang, tapi juga untuk masa depan,” katanya.

Baca Juga  Di Hadapan Wamen Fajar, Guru Ini Sampaikan Apresiasi Positif Kebijakan SPMB Jalur Prestasi

Bagi kelompok 14 KKN Tematik Unmuh Jember, karya ini menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak sekadar belajar di kampus. Mereka hadir langsung di tengah masyarakat, memberi kontribusi nyata.

Kini, peta desa yang berdiri di Sumberejo tak hanya jadi penunjuk arah, tapi juga simbol keterbukaan informasi. Lebih jauh lagi, ia menjadi tanda bahwa desa bisa berkembang jika semua pihak mau bergerak bersama.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *