MAKLUMAT – Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, menegaskan bahwa Islam tidak boleh berhenti pada urusan ibadah ritual semata. Menurutnya, Islam hadir untuk memberikan jalan keluar bagi umat yang terhimpit dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, hingga lingkungan.
“Islam rahmatan lil alamin itu sudah diimplementasikan Muhammadiyah dengan berbagai aksi. Jadi tidak mikir saja, itu tidak cukup,” ujarnya dalam Sekolah Kepemimpinan Nasional (SKN), Rabu (12/11/2025). Agenda ini diselenggarakan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah di BBPPMPV Seni dan Budaya, Kabupaten Sleman.
Busyro menyoroti banyaknya masyarakat yang hidup dalam tekanan akibat kebijakan publik yang tidak berpihak, salah satunya ialah Proyek Strategis Nasional (PSN). Ia mencontohkan konflik yang muncul di sejumlah wilayah akibat proyek-proyek berskala besar.
Data tahun 2023 menunjukkan, sekitar 7.000 warga adat Melayu Rempang terancam tergusur demi proyek Eco City Rempang. Situasi ini menimbulkan konflik horizontal, kriminalisasi warga, serta hilangnya ruang hidup dan budaya mereka.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, tercatat kerusakan hutan primer seluas puluhan ribu hektare akibat aktivitas tambang nikel di Halmalera. Dampaknya meluas pada pencemaran sungai, konflik agraria, dan hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar.
Busyro juga menyinggung proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK) di Banten yang menyebabkan rusaknya hutan mangrove dan wilayah tangkap nelayan tradisional. Ia menyebut, banjir rob kian parah dan ekosistem pesisir makin terancam. Hal serupa disebut juga akan terjadi jika proyek reklamasi Surabaya Waterfront Land (SWL) terus dilanjutkan.
Jejaring Lintas Peran
Melihat berbagai persoalan itu, Busyro menilai umat Islam harus terus hadir dan berpihak pada masyarakat terdampak. Ia menegaskan bahwa diam terhadap ketidakadilan sama dengan ikut serta dalam kejahatan. “Kalau ada kejahatan, kita tahu dan mendiamkan saja, maka kita juga adalah bagian dari kejahatan tersebut,” katanya.
Ia juga mengajak umat Islam untuk terus mengkaji persoalan sumber daya alam, kolonialisme agraria, korupsi, dan oligarki. Menurutnya, kesadaran sosial dan politik menjadi bagian dari tanggung jawab keislaman yang tidak boleh diabaikan.
Namun, upaya individu tidak akan cukup. Busyro mendorong semua pihak untuk mengambil peran sesuai kapasitasnya, baik di legislatif, pemerintahan, organisasi, maupun komunitas. Ia mengutip Q.S. As-Shaff ayat 4 sebagai landasan gerakan kolektif yang teratur.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh,” jelasnya.
Wakil Ketua KPK Periode 2011-2015 itu menyebut bahwa berperang dalam konteks kekinian, maknanya ialah berjuang. Dalam melaksanakan perjuangan, ia pun kembali menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat gerakan sosial.
Ia juga mengingatkan agar setiap individu menyiapkan diri dengan iman dan amal yang konsisten. “Teratur itu bukan struktur organisasinya saja, tapi imannya, hatinya, amalnya,” ujarnya.