MAKLUMAT — Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengungkapkan sekitar 160 guru Sekolah Rakyat mengundurkan diri. Menurut dia, alasan utamanya adalah jarak lokasi penempatan yang jauh dari domisili tempat tinggalnya.
“Kira-kira 160-an (guru mundur). Sebabnya apa? Karena mereka merasa penempatannya (Sekolah Rakyat) itu jauh dari domisilinya, jauh dari tempat tinggalnya,” ujar Gus Ipul.
Ia menjelaskan bahwa sistem rekrutmen guru di Sekolah Rakyat sepenuhnya diatur oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) bersama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB).
Kendati demikian, Gus Ipul juga memastikan bahwa pihaknya telah menyiapkan pengganti yang sudah melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan siap mengikuti proses lanjutan sebelum diterjunkan ke lapangan.
“Insya Allah sudah disiapkan penggantinya,” tandas pria yang juga pernah menjabat Wali Kota Pasuruan dan Wakil Gubernur Jawa Timur itu.
Evaluasi Sekolah Rakyat
Sebelumnya, Gus Ipul telah menggelar rapat evaluasi bersama Kepala Sekolah Rakyat, Kepala Sentra dan Balai Kementerian Sosial, yang dilakukan secara daring pada Sabtu (26/7/2025).
Menurutnya, selama dua pekan berjalannya Sekolah Rakyat—sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan diluncurkan pada 14 Juli 2025 lalu—ditemukan kasus beberapa siswa yang menderita gangguan kesehatan di masa penyesuaian. Sebab itu, ia berpesan kepada para Kepala Sekolah agar bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat untuk memberikan perawatan.
“Seperti arahan Presiden Prabowo, masalah kesehatan anak-anak ini akan kita atasi bersama-sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau Dinas Kesehatan setempat, dengan layanan yang sesuai dengan fasilitas kesehatan di sana,” pintanya.
Tiga Hal yang Harus Diperhatikan
Selain itu, Gus Ipul juga mengungkapkan setidaknya tiga hal yang menjadi perhatian utama, yakni masalah perundungan (bullying); kekerasan fisik maupun seksual dalam lingkungan sekolah; serta masalah intoleransi. Ia meminta para kepala sekolah untuk memberikan perhatian khusus terkait tiga hal tersebut.
Kemudian, sebagai langkah mitigasi, pihaknya bakal menggandeng tim kurikulum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang dimaksudkan untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk penanganan ketiga permasalahan tersebut.
“Saya titipkan sejak awal kepada para kepala sekolah. Ini sedang dimatangkan kurikulumnya, SOP-nya, kode-kodenya, supaya para kepala sekolah memiliki standar yang sama dalam memitigasi tiga hal (tersebut),” tandasnya.
Tak hanya itu, dalam kesempatan tersebut Gus Ipul juga mengingatkan pentingnya kerja sama sebagai satu kesatuan tim, demi menjalankan Sekolah Rakyat secara maksimal.
“Kita ini satu tim yang punya tugas dan tanggung jawab masing-masing. Mari kita selesaikan tugas kita masing-masing. Mari bekerja sebagai tim,” ajak pria yang juga menjabat Sekjen PB Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Diketahui, saat ini telah berdiri sebanyak 100 Sekolah Rakyat di berbagai penjuru Indonesia, di mana 63 titik telah memulai MPLS, sedangkan sebanyak 37 lainnya akan tengah menjalani proses renovasi bangunan dan ditargetkan bakal rampung akhir Juli ini atau awal Agustus nanti.
Tantangan dan Kendala di Lapangan
Beberapa evaluasi lain terkait pelaksanaan Sekolah Rakyat juga ditemukan Gus Ipul, ketika meninjau langsung salah satu lokasi Sekolah Rakyat di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, Rabu (16/7/2025) lalu.
Menurutnya, mayoritas siswa menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi. Namun, ia tak menampik bahwa terdapat beberapa siswa yang mengalami gangguan kesehatan, maupun kendala psikologis karena harus tinggal jauh dari keluarga.
“Ya secara umum ada juga ini yang sakit, ini satu dua. Ada yang mungkin rindu rumah. Adalah yang seperti itu,” sebutnya.
Meski demikian, Gus Ipul menilai bahwa respon para siswa terhadap sistem pembelajaran cukup positif. “Mereka bersedia mengikuti pembelajaran di sini dan antusias itu yang kita catat ya dan hampir di semua tempat seperti itu,” kelakarnya.
“Laporan rata-rata apakah ada masalah, ya kadang-kadang masih ada masalah, tetapi secara umum udah cukup bagus,” sambung Gus Ipul.
Selain dinamika peserta didik dan pengajar, tantangan juga muncul dari aspek fasilitas. Ia mengungkapkan, beberapa lokasi Sekolah Rakyat masih menghadapi gangguan atau kendala, seperti ketersediaan air dan listrik.
Namun, ia bersyukur bahwa secara umum kondisinya masih terkendali dan dapat berjalan dengan baik. “Ada juga masalah kurang air, kadang listriknya putus, ini bisa kita atasi semua. Secara umum alhamdulillah semua bisa berjalan,” terang Gus Ipul.