MAKLUMAT – Ribuan penyintas banjir bandang di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, masih bertahan tanpa hunian layak. Di antara puing-puing rumah yang hanyut dan sumber air yang tercemar, warga hidup dengan perlindungan darurat dari plastik seadanya, sementara akses bantuan ke sejumlah wilayah masih terputus.
Keterbatasan air bersih menjadi persoalan paling mendesak. Sejumlah lembaga relawan telah menyalurkan bantuan air bersih, namun volumenya belum sebanding dengan kebutuhan warga. Di banyak titik, sumber air yang ada masih keruh dan tidak layak konsumsi.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Langkat, Aswan Saukani Siregar, mengatakan perhatian publik dan media lebih banyak tersedot ke wilayah Aceh yang juga dilanda bencana, sehingga kondisi di Langkat relatif luput dari sorotan.
“Fokus masyarakat ke Aceh karena ekspos di media sosial lebih besar. Padahal Langkat juga parah. Bahkan sampai sekarang masih ada wilayah yang belum bisa diakses,” ujar Aswan, Jumat malam (12/12).
Salah satu daerah yang masih terisolasi adalah Sekoci, Kecamatan Besitang. Untuk mencapai wilayah tersebut, relawan harus menempuh jalur sungai dengan biaya operasional yang tidak kecil.
“Kalau kami mau asesmen ke sana, sekali jalan naik perahu bisa Rp400 ribu sampai Rp500 ribu,” katanya.
Banjir bandang juga merenggut tempat tinggal ribuan warga. Banyak rumah hanyut diterjang arus deras, memaksa penyintas bertahan di lokasi seadanya. “Saat ini masih banyak penyintas yang hanya memakai plastik sebagai tempat tinggal,” jelas Aswan.
Di tengah keterbatasan itu, layanan kesehatan dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Timur terus diperluas. Berdasarkan laporan Pos Koordinasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Langkat, tim kesehatan telah melayani penyintas banjir di Kecamatan Tanjungpura, Babalan, dan Pematang Cengal.
“Kami akan terus memperluas layanan, terutama di titik-titik yang belum tersentuh. Tujuannya agar kesehatan warga terdampak tetap terjaga. Saat ini kami dibantu tim dari RS Muhammadiyah Lamongan,” ujar Ketua Pos Pelayanan Sementara (PPS) Koordinasi PDM Langkat, Jarot Setiawan.
Pos Koordinasi PDM Langkat juga menyiapkan tambahan tenaga medis dari RSU Muhammadiyah Sumatera Utara untuk memperkuat layanan kesehatan di lapangan.
Data terbaru menunjukkan skala kerusakan akibat banjir bandang di Kabupaten Langkat sangat besar. Sebanyak 437.480 warga terdampak, 19.434 jiwa mengungsi, dan 13 orang meninggal dunia. Selain itu, sekitar 17 ribu ternak dilaporkan mati dan 10 ribu rumah mengalami kerusakan.
Secara keseluruhan, banjir bandang merendam 16 kecamatan, 142 desa, dan 27 kelurahan. Hingga kini, para penyintas masih menanti percepatan bantuan, terutama hunian layak dan akses air bersih, agar dapat kembali menjalani kehidupan secara lebih manusiawi.***