MAKLUMAT — Suasana cerah di SD ’Aisyiyah Kota Sukabumi pada Jumat (28/11) menjadi pembuka rangkaian Roadshow Aksi Lingkungan Terpadu yang digelar 27–30 November 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari Gerakan Green Hero 1000 Cahaya, sebuah inisiatif ’Aisyiyah yang mendorong transisi energi bersih, edukasi lingkungan berkelanjutan, serta penguatan peran perempuan dalam merawat bumi.
Roadshow berlangsung di tiga lokasi: SD ’Aisyiyah Kota Sukabumi, Darul Arqam Muhammadiyah Garut, dan ’Aisyiyah Boarding School Bandung. Ketiga titik ini menjadi ruang kolaborasi antara tim teknis, guru, siswa, serta jaringan perempuan Aisyiyah dalam memperkuat penggunaan energi terbarukan, termasuk memastikan keberlanjutan sistem solar panel yang sudah terpasang di sejumlah sekolah dan pesantren.
Inisiatif ini lahir dari pengalaman beberapa tahun terakhir saat berbagai lembaga pendidikan ’Aisyiyah mulai mengadopsi energi surya. Sebagian panel berfungsi optimal, sebagian lain perlu diperbaiki. Karena itu, roadshow kali ini tidak hanya sebatas edukasi, tetapi juga melakukan pengecekan dan pengaktifan kembali unit solar panel yang lama tidak bekerja.
Edukasi Energi Bersih untuk Siswa
Di Sukabumi, rangkaian kegiatan dibuka dengan edukasi lingkungan untuk 120 siswa SD ’Aisyiyah. Dicky Edwin Hendarto dari Mitra Hijau menyampaikan materi dengan pendekatan interaktif. Ia mengajak siswa memahami energi ramah lingkungan melalui permainan, pertanyaan, dan contoh sederhana.
“Matikan lampu dan televisi saat tidak digunakan. Gunakan air secukupnya. Kurangi sampah plastik. Tanam pohon,” ujarnya. Ia menekankan bahwa kebiasaan kecil ini berdampak besar bagi penyelamatan bumi.
Anak-anak antusias. Mereka bertanya, bercerita tentang kebiasaan di rumah, dan saling mengingatkan untuk lebih hemat energi. Edukasi ini sejalan dengan tujuan roadshow: membangun kesadaran sejak dini dan menanamkan nilai bahwa menjaga bumi adalah bagian dari ibadah.
Sedekah Energi: Solar Panel untuk Sekolah
Usai edukasi, kegiatan berlanjut dengan program Sedekah Energi berupa pemasangan solar panel di sekolah. Program ini digagas PDA ’Aisyiyah Sukabumi bersama Lazismu, 1000 Cahaya, dan GreenFaith Indonesia. Panel berkapasitas PV 200 Wp dengan Hybrid Inverter 1000 VA/800 Watt dan Battery Gel 12V 100Ah dipasang langsung dan siap beroperasi.
Kepala SD ’Aisyiyah, Tanti Ramdhiyanti, menyampaikan rasa syukurnya. “Solar panel ini bukan hanya wujud kepedulian lingkungan, tapi juga sarana belajar. Anak-anak bisa melihat teknologi energi terbarukan secara langsung,” katanya. Ia menyebut sekolahnya sebagai pilot project solar panel ’Aisyiyah di Jawa Barat.
Sudarto, Wakil Direktur 1000 Cahaya, menegaskan bahwa transisi energi penting untuk meminimalkan kerusakan lingkungan. “Listrik kita masih banyak berasal dari batu bara. Solar panel membantu mengurangi dampak buruknya,” ujarnya.
Rachmawan Budiarto dari Pusat Studi Energi UGM menambahkan bahwa memanfaatkan energi matahari adalah bentuk syukur. “Cahaya matahari hadir setiap hari tanpa merusak lingkungan. Itu anugerah,” ucapnya.
Keadilan Iklim dan Peran Perempuan
Dari GreenFaith Indonesia, Intan Mutikasari menegaskan bahwa gerakan ini bukan sebatas pemasangan panel, tetapi juga nilai moral untuk memperjuangkan keadilan iklim. “Ini menyalakan lentera harapan bagi generasi berikutnya,” tuturnya.
Ia mengajak para siswa menjaga panel tersebut dan menabung untuk pengembangan kapasitas energi di masa depan. Intan juga menyoroti peran penting perempuan Aisyiyah sebagai penjaga lingkungan dari level akar rumput.
Sekretaris PDM Muhammadiyah menjelaskan bahwa 1000 Cahaya menjadi wadah untuk memperjuangkan isu lingkungan dan energi di keluarga besar Muhammadiyah. Melibatkan anak-anak dianggap langkah strategis untuk menyiapkan generasi hijau masa depan.
Ketua PD ’Aisyiyah Kota Sukabumi sekaligus LLHPB PWA Jawa Barat, Amalia Nur Milla, menegaskan bahwa program ini merupakan implementasi Aisyiyah Cinta Lingkungan. Dana Sedekah Energi berasal dari Celengan Surgaku, partisipasi wali murid, dukungan Lazismu, serta kampanye bersama 1000 Cahaya dan GreenFaith.
“Solar panel ini bukan sekadar simbol. Ini tekad menjaga bumi. Dan anak-anak adalah harapannya,” ujarnya.
Menjelang Ashar, lampu dari solar panel pertama itu menyala. Anak-anak bersorak melihat energi matahari berubah menjadi cahaya untuk sekolah mereka. Momen itu menjadi pengingat bahwa transisi energi dimulai dari ruang kelas dan kebiasaan sederhana.
Sukabumi menjadi langkah awal. Dari sini, gerakan energi bersih mengalir ke Garut dan Bandung, membawa harapan baru bagi masa depan lingkungan yang lebih lestari.***