Rudal MERAPI: Senjata Buatan Anak Bangsa yang Siap Gempur Ancaman Udara

Rudal MERAPI: Senjata Buatan Anak Bangsa yang Siap Gempur Ancaman Udara

YOGYAKARTA – Sebuah lompatan besar dalam kemandirian teknologi militer Indonesia tengah dipertontonkan lewat kolaborasi strategis antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan TNI Angkatan Darat. Hasilnya bukan main-main: rudal anti-pesawat MERAPI, sebuah sistem persenjataan berteknologi tinggi yang sepenuhnya dikembangkan oleh putra-putri bangsa, kini siap menjadi taring baru pertahanan udara Indonesia.

Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD), secara khusus menyambangi Pusat Riset CIRNOV (Center for Integrated Research and Innovation) UAD di Kampus 4, Rabu (28/5). Kunjungan ini bukan sebatas seremonial. Maruli melihat langsung bagaimana sivitas akademika UAD tak sekadar berbicara inovasi, tapi sudah mewujudkan teknologi rudal yang siap pakai.

“UAD sangat luar biasa dan antusias sekali untuk memfasilitasi orang-orang yang memiliki kemauan besar untuk bangsa,” ujar Maruli usai kunjungan. Ia menilai, riset pertahanan yang dilakukan UAD melalui CIRNOV menunjukkan potensi nyata dan mengundang ruang kolaborasi yang lebih besar antara TNI AD dan institusi pendidikan tinggi.

Salah satu bukti nyatanya adalah Rudal MERAPI – rudal kaliber 70 mm yang dikembangkan lewat kerja sama Dislitbang TNI AD dan CIRNOV UAD. Rudal ini telah menjalani serangkaian uji fungsi yang dilakukan di lapangan tembak milik Dislitbang TNI AD di Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah pada 22 November 2018. Hasilnya: performa rudal teruji. Rudal mampu bermanuver dengan gerakan rolling, yawing, pitching, dan tetap memberikan data akurat melalui sistem telemetri meski terkena hentakan hingga 14 G.

Baca Juga  Founder Drone Emprit Sambut Baik Pembentukan Angkatan Siber

Teknologi Canggih dan Kandungan Lokal Tinggi

Keunggulan rudal ini tak sekadar pada kecepatan dan manuver. MERAPI dilengkapi teknologi Fire and Forget—rudal hanya perlu dikunci ke target sekali, lalu secara otomatis mengejar dan menghantam sasaran tanpa perlu dikendalikan lebih lanjut oleh operator. Teknologi ini mengandalkan seeker infra merah yang tidak mudah dibelokkan atau dikacau musuh seperti rudal berpemandu radar atau GPS.

“Dengan teknologi ini, rudal tak bisa dimatikan dengan jamming atau gangguan sinyal. Ini keunggulan besar dalam peperangan modern,” ujar Prof. Hariyadi, M.Sc., Ph.D., peneliti utama CIRNOV yang juga dosen UAD.

Yang membanggakan, lebih dari 70 persen komponen Rudal MERAPI merupakan produk dalam negeri. Artinya, rudal ini tahan terhadap embargo dan lebih murah dibandingkan rudal impor. Dengan kemampuan menembus kecepatan suara, MERAPI bisa menjatuhkan pesawat tempur, helikopter, drone, hingga pesawat sipil dalam kondisi darurat.

Dari Laboratorium ke Medan Perang

Pembuatan rudal ini dilakukan melalui tahap-tahap riset terukur: uji statis untuk tiap komponen seperti seeker, kendali, sirip canard, pendorong roket, hingga pengujian rudal secara keseluruhan dalam terowongan angin. Proses ini dilakukan secara ketat agar sesuai dengan standar kelaikan rudal TNI.

Dalam uji fungsi, rudal menargetkan flare inframerah yang dibawa oleh drone. Hasilnya, seeker mampu menangkap sinyal dengan cepat dan memandu rudal melakukan pengejaran, menunjukkan akurasi dan kecepatan luar biasa.

Baca Juga  Puji Buku dan Program Nasyiah Jatim, Khofifah Dorong Kerja Sama Strategis dengan Pemprov

“Uji ini menjadi dasar kuat untuk produksi massal rudal MERAPI sebagai salah satu kekuatan gempur TNI AD ke depan,” kata Brigjen Mulyo Aji, Kepala Dislitbang TNI AD.

Langkah Strategis Membangun Kemandirian Hankam

Uji tembak perdana Rudal MERAPI pada tahun 2023 lalu. (Foto: UAD)
Uji tembak perdana Rudal MERAPI pada tahun 2023 lalu. (Foto: UAD)

Dalam lawatannya ke UAD, KASAD Maruli juga menyampaikan harapannya agar institusi pendidikan seperti UAD terus mengeksplor potensi riset untuk mendukung ketahanan nasional.

Rektor UAD, Prof. Dr. Muchlas MT, memastikan bahwa kampusnya akan terus mendorong riset-riset berbasis teknologi tinggi dengan tetap mengikuti arah kebijakan negara. “Kami dorong para dosen mencapai Technology Readiness Level (TRL) 9, level kesiapan tertinggi sebelum produk diterapkan secara luas,” tegasnya.

UAD dan TNI AD sepakat bahwa kolaborasi ini tidak berhenti pada satu produk. Ke depan, riset-riset lanjutan dalam bidang teknologi militer dan non-militer akan terus dikembangkan. Maruli bahkan membuka pintu lebar untuk kerja sama di bidang pendidikan dan pertahanan.

“Anak-anak bangsa ini punya kemampuan luar biasa. Tinggal difasilitasi dan diberi kepercayaan,” ujar Maruli.

Rudal MERAPI bukan sekadar produk teknologi. Ia adalah simbol kemandirian bangsa. Di tengah tantangan geopolitik global, Indonesia perlahan menegaskan posisi: tidak hanya mampu membeli, tapi juga bisa membuat sendiri sistem senjata strategis.

Dari kampus di jantung Yogyakarta, UAD bersama TNI AD sedang menulis babak baru dalam sejarah pertahanan nasional. Rudal MERAPI mungkin baru permulaan. Yang pasti, anak bangsa telah menunjukkan: dari ruang kelas dan laboratorium, kita bisa menjaga langit negeri ini.

Baca Juga  Komisi A DPRD Jatim Desak Diskominfo Lebih Proaktif Berantas Judi Online
*) Penulis: Edi Aufklarung / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *