Rumah Belajar Namorambe Diresmikan: Pendidikan Inklusif dari Teras Masjid hingga Dukungan Pemerintah

Rumah Belajar Namorambe Diresmikan: Pendidikan Inklusif dari Teras Masjid hingga Dukungan Pemerintah

MAKLUMAT Rumah Belajar Namorambe kini resmi berdiri. Berawal dari sebuah teras masjid di Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Namorambe menjadi pusat pendidikan nonformal yang inklusif dan gratis untuk anak-anak dari berbagai latar belakang. Ahad (4/5/2025) lalu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti hadir langsung meresmikan rumah belajar tersebut, bersamaan dengan momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025.

Mengusung tema Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua, Rumah Belajar Namorambe menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan bermutu bisa tumbuh dari inisiatif warga, bukan hanya dari kebijakan pusat.

“Kami menyadari bahwa layanan pendidikan formal belum menjangkau semua anak. Karena itu, rumah belajar seperti ini penting sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Abdul Mu’ti dalam sambutannya.

Acara peresmian turut dihadiri oleh tokoh-tokoh pendidikan Sumatera Utara, seperti Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, civitas akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), perwakilan Humanity First, dan masyarakat sekitar yang selama ini menjadi bagian dari gerakan belajar ini.

Jejak Langkah dari Ibu Nefi

Rumah Belajar Namorambe menyimpan cerita yang sederhana namun menggerakkan. Semuanya bermula dari sosok almarhumah Nefi Rahmania yang pada 2016 mulai mengajar anak-anak di sekitar rumahnya. Berbekal kemampuan bahasa Inggris dan keprihatinan terhadap akses pendidikan di wilayah pinggiran Medan, ia mengajar sukarela dari teras masjid hingga halaman rumah.

Baca Lainnya  Ingin Dialog dengan Tokoh 'Indonesia Gelap', Prabowo: Mari Kita Kerja Supaya Tidak Gelap

Kini, ruang belajar itu menjelma menjadi pusat kegiatan belajar yang aktif. Dengan dukungan dari organisasi kemanusiaan Humanity First dan para relawan dari berbagai profesi, kegiatan belajar mencakup bahasa Inggris, matematika, seni budaya, hingga pendidikan karakter.

“Kami merasa rumah belajar ini seperti rumah kedua. Anak-anak bisa belajar tanpa rasa takut dan tanpa beban biaya,” ujar Aisyah, salah satu pengelola.

Berbeda dari lembaga les biasa, Rumah Belajar Namorambe dibangun atas dasar semangat gotong royong dan keterbukaan. Anak-anak dari berbagai agama dan suku belajar bersama. Relawan pengajar pun berasal dari berbagai kalangan: mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga tokoh masyarakat lokal.

“Kami sangat bersyukur karena rumah belajar ini diterima oleh semua pihak. Ini membuktikan bahwa semangat belajar bisa menyatukan,” kata Sarinah, koordinator kegiatan.

Mengubah Wajah Desa lewat Pendidikan

Dampaknya nyata. Banyak anak menjadi lebih percaya diri, sopan dalam berbahasa, dan bahkan mulai bercita-cita kuliah. Beberapa alumni rumah belajar bahkan kini duduk di bangku perkuliahan.

“Anak saya berubah sejak ikut belajar di sini. Sekarang dia kuliah, dan itu berkat rumah belajar ini,” tutur Desminawati Manurung, warga setempat.

Bagi warga seperti Beti Ginting, rumah belajar ini juga memperkuat hubungan sosial antarwarga. “Kami merasa semakin dekat karena terlibat bersama. Ini bukan hanya tentang pelajaran, tapi tentang kebersamaan,” ujarnya.

Baca Lainnya  Perang Israel vs Hizbullah Berlanjut, UNIFIL PBB Hingga Arab Saudi Bersuara

Menteri Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa Kementerian akan terus memperkuat pendidikan nonformal seperti rumah belajar. Menurutnya, model seperti ini akan menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional yang lebih adaptif dan berkeadilan.

“Apa yang dilakukan Rumah Belajar Namorambe adalah contoh partisipasi semesta. Kita semua bisa ambil bagian dalam upaya mencerdaskan bangsa, mulai dari langkah-langkah kecil yang berdampak besar,” tutupnya.

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *