Sahdan Arya Maulana (tengah) diberi mandat oleh warga Rawa Badak Selatan sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT). Foto:Dok Muhammadiyah
MAKLUMAT — “Gen Z itu dibilang males gerak, nggak bisa kerja. Tapi saya buktikan, dua bulan jadi RT, jalan lingkungan sudah saya cor!”. Kalimat itu meluncur lantang dari mulut Sahdan Arya Maulana, mahasiswa semester empat Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), yang kini resmi menjabat sebagai Ketua RT 07 RW 08, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Pada usia 20 tahun, Sahdan mematahkan stigma tentang generasi Z yang dinilai apatis dan minim aksi. Lewat kerja nyata dan kepercayaan warga, ia mencatatkan sejarah sebagai Ketua RT termuda di lingkungannya.
Pemilihan berlangsung demokratis. Sahdan unggul mutlak dengan 126 suara, mengalahkan pesaingnya yang hanya meraih 17 suara. Warga melihat keteguhan dan semangatnya sejak masa kampanye. Ia tidak menjanjikan hal muluk, tapi menunjukkan tekad kuat untuk bekerja nyata di lapangan.
Sahdan langsung bergerak cepat. Dalam dua bulan pertama, ia menggagas dan memimpin pengecoran jalan lingkungan. Ia tidak bekerja sendiri, melainkan menggerakkan warga bergotong royong. “Saya ajak mereka kerja bareng. Ini bukan soal jabatan, tapi soal pelayanan,” ujar Sahdan dikutip dari laman Muhammadiyah.
Program sosial pun ia rancang. Ia memfasilitasi pembagian sembako menjelang Ramadan, pemasangan CCTV di titik rawan, dan pengadaan hewan kurban saat Iduladha. Tak berhenti di situ, ia juga membentuk sistem bantuan sosial yang praktis dan efektif.
Melalui iuran Rp10 ribu per bulan dari tiap kepala keluarga, Sahdan mengelola dana untuk membantu warga yang sakit atau meninggal dunia. Bagi warga yang sakit, RT memberikan bantuan Rp200 ribu. Sedangkan untuk yang meninggal, bantuan mencapai Rp500 ribu lengkap dengan kain kafan, papan nisan, dan ongkos gali kubur.
“Saya ingin RT ini hadir saat warga butuh. Saya ambil nilai-nilai dari Muhammadiyah: kebermanfaatan dan solidaritas sosial,” jelasnya.
Uniknya, Sahdan tidak aktif di organisasi kampus. Tapi ia tak pernah berhenti belajar. Ia mengamati dan berdiskusi dengan teman-teman yang aktif di organisasi mahasiswa. Dari mereka, ia menyerap ilmu dan semangat kepemimpinan. “Mereka inspirasi saya. Saya cuma pakai jalur berbeda,” katanya sambil tersenyum.
Mahasiswa Teknik Industri
Kini, Sahdan terus mengasah diri. Ia menjalankan usaha kecil-kecilan sambil kuliah di jurusan Teknik Industri. Namun, ia sudah menyiapkan arah baru: masuk dunia politik. Setelah lulus S1, ia berencana mengambil S2 di bidang ilmu politik. “Saya ingin kuasai dunia usaha dulu. Setelah itu, saya masuk ke politik. Mimpi saya jadi Gubernur Jakarta,” tegasnya.
Bagi Sahdan, jabatan Ketua RT bukan tujuan akhir, tapi pijakan awal. Ia ingin generasi muda turun tangan membenahi kampung, kota, bahkan bangsa. Ia berharap mahasiswa lain, khususnya dari UMJ, ikut ambil peran dalam membangun masyarakat.
“Semoga kampus bisa cetak lebih banyak mahasiswa yang peduli lingkungan. Dan semoga pemerintah mulai melihat kerja kami di bawah. Kami ini nyata, walau sering luput dari perhatian,” pungkasnya.
Dari gang sempit di ujung Jakarta Utara, Sahdan menunjukkan bahwa semangat dan kerja keras bisa mengubah banyak hal. Di tangan generasi muda seperti dia, masa depan kepemimpinan bangsa bukan cuma wacana—tapi sudah mulai bekerja sejak sekarang.***
*) Penulis: Edi Aufklarung