MAKLUMAT — Eks Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno, menyoroti terkait harga bahan bakar minyak (BBM) dan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat.
Melalui unggahan video di akun X pribadinya @sandiuno pada Selasa (29/7/2025), Sandiaga menilai bahwa harga BBM bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari arah kebijakan ekonomi sebuah negara.
Sandiaga menyinggung langkah pemerintah Malaysia yang menaikkan subsidi BBM demi menjaga daya beli warganya. Ia membandingkan kondisi tersebut dengan Indonesia, yang menurutnya harus lebih hati-hati dalam menetapkan kebijakan energi.
“Kalau dibandingkan secara nominal, harga BBM di negara seperti Amerika jauh lebih tinggi. Tapi yang harus kita ingat, beban ekonomi tiap negara berbeda. Di Amerika, pendapatan per kapitanya jauh lebih besar. Di Indonesia, ketika harga BBM naik, dampaknya langsung terasa ke UMKM dan biaya hidup sehari-hari,” ujarnya.
Dalam unggahannya tersebut, Sandiaga juga menyampaikan pengalamannya saat berada di SPBU British Petroleum (BP). Ia menjelaskan bahwa harga bensin reguler di sana mencapai Rp15.000 hingga Rp17.000 per liter. Namun, yang menarik baginya adalah bagaimana Malaysia justru mampu menurunkan harga melalui peningkatan subsidi, terutama di tengah perlambatan ekonomi.
“Jadi oleh karena itu saya melihat bahwa ini kesempatan kita di tengah-tengah daya beli yang melemah, di tengah-tengah ekonomi yang melambat. Kita mesti menghitung ini karena tiap negara punya perbedaan dari segi anggaran dan juga bagian ekonomi yang menjadi titik berat,” katanya.
Ia menekankan bahwa konsumsi menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, harga BBM memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan inflasi dan daya beli masyarakat.
Saya melihat harga BBM itu bukan sekedar angka, tapi cermin arah kebijakan ekonomi negara. Di tengah menurunnya daya beli masyarakat, Malaysia mengambil langkah yang baik untuk melindungi perekonomian warganya.
Kalau dibandingkan secara nominal, harga BBM di negara seperti… pic.twitter.com/Wai7DQzOzw
— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) July 29, 2025
Sandiaga juga mengingatkan agar pemerintah tidak menyia-nyiakan momentum untuk melakukan penyesuaian kebijakan.
“Kita sekarang berada di tengah-tengah ekonomi dunia yang sedang penuh gejolak. Kita melihat perang dagang dan bagaimana tarif oleh Amerika dijadikan sebagai bagian untuk menstabilkan defisit penganggaran dan neraca perdagangan,” tandasnya.
Sandiaga mengusulkan agar pemerintah mulai melihat ulang postur anggaran secara menyeluruh dan fokus pada kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi.
“Khususnya bagi para UMKM, juga bagi keluarga-keluarga kita yang sekarang mulai kesulitan karena ancaman PHK dan lain sebagainya, hingga ekonomi kita yang tadinya sedang bergerak turun dari 5 persen ke 4,8 persen ini bisa berbalik dan meningkat. Belum lagi mencapai di atas 5 persen karena kita butuh 5,4–5,7 persen untuk mencapai Indonesia Emas 2045,” tandasnya.