
MAKLUMAT – Sejumlah santri ma’had Ahmad Dahlan STIT Muhammadiyah Bojonegoro menjalankan program Ramadan. Kegiatan sosial keagamaan ini berjalan di tiga pesantren, yakni Pondok Pesantren An-Nur, ponpes Sidiq Al Kautsar, dan Ponpes Al Munawir Balen.
Menariknya, peserta program Ramadan ini menjalankan program yang tidak sama di tiap-tiap ponpes. Kegiatan di Ponpes An-Nur fokus utamanya adalah penguatan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan tajwid serta hafalannya. Seluruh peserta mendampingi santri praktik ibadah, seperti tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan penyampaian kultum.
“Kami mendapatkan banyak pelajaran dari kegiatan ini. Mengajar santri junior tidak hanya mengasah kesabaran, tetapi juga memperdalam pemahaman terhadap tajwid dan qira’at,” kata Robi, salah satu peserta santri ma’had.
Asah Ketrampilan Dakwah
Sementara kegiatan di Ponpes Sidiq Al Kautsar, santri ma’had Ahmad Dahlan bertugas mengisi kajian keislaman. Selain itu, memberi bimbingan santri dalam pengembangan keterampilan berdakwah. Termasuk pendampingan program tahfidz dan tahsin Al-Qur’an.
Menurut Muzamil (pengasuh Ponpes Sidiq Al Kautsar), kehadiran santri ma’had Ahmad Dahlan membawa semangat baru dalam aktivitas pesantren selama Ramadan.
“Mereka memiliki wawasan keislaman yang baik dan mampu menyampaikannya dengan cara yang menarik. Santri kami sangat antusias mengikuti kajian dari santri ma’had Ahmad Dahlan,” ujarnya.
Selain aspek keagamaan, para santri pengabdian juga turut dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pembagian takjil gratis di lingkungan pesantren.
Perkuat SDM Keislaman
Adapun kegiatan di Pondok Pesantren Al Munawir Balen fokus pengabdiannya pada pembinaan akhlak dan penguatan karakter Islami. Santri Ma’had Ahmad Dahlan membimbing para santri mengenai pentingnya adab dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta ma’ad juga mengadakan pelatihan dakwah dan pengelolaan organisasi santri. Demikian juga dengan teknik menulis ceramah, public speaking, serta strategi dakwah yang efektif.
Menurut Suyitno (pengasuh ponpes Al Munawir Balen), program ini sangat membantu membangun kedisiplinan dan meningkatkan kesadaran santri. Ia mengakui pendidikan akhlak tidak kalah penting untuk diaplikasn dalam kehidupan.
“Santri yang datang bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Kehadirannya memberi inspirasi bagi santri kami untuk terus belajar dan berbenah diri,” jelasnya.
Kompleksitas Islam dalam Ilmu Agama dan Sosial
Sementra itu, pengasuh ma’had Ahmad Dahlan, M. Arif Susanto, menjelaskan bahwa program ini bertujuan membentuk santri yang kompleks. Di mana bekal keilmuan yang mumpuni beriringan dengan kepedulian sosial yang tinggi.
“Kami ingin mencetak santri yang memiliki ketangguhan mental dalam berdakwah serta mampu mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari di tengah masyarakat,” katanya.
Mudir ma’had Ahmad Dahlan STIT Muhammadiyah Bojonegoro, Ihwanuddin, menegaskan bahwa program ini akan terus berjalan agar manfaatnya semakin luas.
Jadikan Program Lebih Inklusi
“Kami berkomitmen menjadikan pengabdian Ramadan sebagai program tahunan. Ini bukan sekadar berbagi ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan kepemimpinan santri agar menjadi ulama yang dekat dengan umat,” tuturnya.
Ketua STIT Muhammadiyah Bojonegoro turut menyampaikan harapan agar program ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga terus berkembang dengan menjalin lebih banyak kerja sama dengan pesantren lain.