Sejuknya Toleransi di Pulau Kei: Paduan Suara Gereja Iringi Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Sejuknya Toleransi di Pulau Kei: Paduan Suara Gereja Iringi Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah

MAKLUMAT — Alunan merdu itu mengalun khidmat di kompleks Kantor Bupati Maluku Tenggara, Kamis (23/10/2025) siang. Puluhan anggota paduan suara Evav Madrigal Singers—sebuah paduan suara gereja—berdiri tegap. Dengan fasih, mereka melantunkan Sang Surya, mars kebanggaan Muhammadiyah.

Pemandangan yang menyejukkan hati itu menjadi pembuka prosesi pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan ‘Aisyiyah (PDA) Kota Tual, serta PDA Kabupaten Maluku Tenggara. Ratusan warga persyarikatan yang hadir, bersama para tamu undangan dari unsur pemerintah dan tokoh masyarakat, dibuat takjub.

Suasana Desa Langgur, Kecamatan Kei Kecil–pusat pemerintahan Maluku Tenggara–, hari itu terasa berbeda. Ini bukan sekadar seremonial. Ini adalah potret otentik toleransi yang telah lama berakar di bumi Larvul Ngabal.

Momen istimewa tersebut disaksikan langsung oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. Tokoh yang juga menjabat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah itu hadir secara khusus untuk memimpin prosesi pengukuhan.

Dalam sambutannya, Bupati Maluku Tenggara, Muhammad Thaher Hanubun, tak hanya menyampaikan selamat kepada para pengurus baru. Ia secara khusus mengapresiasi sinergi yang terjalin. Thaher berpesan agar PDM dan PDA dapat terus bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, bahu-membahu memajukan dunia pendidikan di Maluku Tenggara dan Kota Tual agar semakin berkualitas.

Jabatan Adalah Amanah

Acara inti pun dimulai. Prof. Abdul Mu’ti, dalam tausiyahnya, mengingatkan bahwa jabatan di Muhammadiyah adalah amanah. Ia mewanti-wanti agar para pengurus senantiasa menjaga kepercayaan yang telah diberikan untuk menjalankan roda organisasi.

Baca Juga  Kupang dan Jejak Dakwah Muhammadiyah di NTT

Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga memaparkan visi besar persyarikatan. Ia menyinggung Milad ke-113 Muhammadiyah yang akan diperingati di Universitas Muhammadiyah Bandung pada 18 November 2025 mendatang. “Tema Milad tahun ini bagaimana Muhammadiyah berperan lebih aktif lagi untuk kesejahteraan dan kemakmuran,” ucap Prof. Mu’ti.

Ia lantas mengurai makna di balik tema itu. Menurutnya, kemakmuran dan kesejahteraan adalah dua hal berbeda. “Kemakmuran berarti welfare state (negara kesejahteraan). Namun kesejahteraan itu beyond welfare state, mencakup juga well being (rasa nyaman dan tenteram),” imbuhnya.

Namun, di tengah optimisme itu, menteri yang telah setahun menjabat ini juga menyelipkan sebuah kegelisahan. Sebuah pesan penting yang dititipkan khusus untuk para orang tua dan kader di wilayah kepulauan tersebut. Kegelisahan itu bernama Generasi Z.

Menurut Mu’ti, tantangan yang dihadapi anak-anak muda saat ini begitu kompleks. “Saat ini generasi Z banyak mengalami berbagai persoalan, tidak hanya masalah ekonomi, tapi masalah mental dan spiritual,” tuturnya serius.

Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah itu lantas menyoroti satu fenomena spesifik: brain rot. Sebuah kondisi di mana otak tidak lagi mampu berkonsentrasi dalam waktu yang lama. “Ini merupakan salah satu efek dari penggunaan gawai yang kurang bijak,” tegasnya.

Pesan tentang tantangan mental Gen Z itu terasa mengena. Pengukuhan hari itu tak hanya menjadi ajang silaturahmi dan penguatan organisasi. Lebih dari itu, ia menjadi pengingat bahwa di tengah indahnya toleransi yang terjaga di Pulau Kei, ada tantangan zaman baru yang harus dihadapi bersama. Tantangan itu bernama brain rot. ***

Baca Juga  Doa Buka Puasa yang Dianjurkan Muhammadiyah, Lengkap dengan Keutamaannya
*) Penulis: Edi Aufklarung

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *