Serangan Israel ke Gaza Tewaskan 60 Orang, Gencatan Senjata Masih di Ujung Asa

Serangan Israel ke Gaza Tewaskan 60 Orang, Gencatan Senjata Masih di Ujung Asa

MAKLUMAT — Sedikitnya 60 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan Israel ke Gaza yang berlangsung sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi (28/6/2025). Serangan udara menyasar sejumlah titik di wilayah padat penduduk, memperparah krisis kemanusiaan yang telah berlangsung selama hampir dua tahun terakhir.

Menurut petugas kesehatan Gaza, 12 orang dilaporkan tewas di sekitar Stadion Palestina, Kota Gaza—lokasi yang selama ini menjadi tempat pengungsian warga sipil. Di tempat lain, serangan di sebuah apartemen menewaskan delapan orang. Semua jenazah korban telah dilarikan ke Rumah Sakit Shifa.

“Jumlah korban terus bertambah. Lebih dari 20 jenazah juga dibawa ke RS Nasser,” kata seorang petugas medis seperti dilansir laman berita Arab News pada Sabtu (8/6/2025). Serangan siang hari di wilayah timur Kota Gaza juga merenggut 11 nyawa, yang kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Al-Ahli.

Sementara suara ledakan masih terdengar di langit Gaza, di Washington, Presiden AS Donald Trump menyatakan kemungkinan adanya gencatan senjata dalam waktu dekat. “Kami sedang menangani Gaza dan berusaha menyelesaikannya,” ujar Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Jumat lalu.

Langkah diplomatik itu ditandai dengan rencana kedatangan Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, ke AS minggu depan. Ia akan membahas proposal gencatan senjata dan isu lain seperti Iran.

Namun, pembicaraan ini belum menunjukkan hasil konkret sejak Israel menghentikan kesepakatan gencatan senjata terakhir pada Maret lalu. Serangan lanjutan Israel sejak saat itu disebut makin memperparah krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Baca Juga  Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata Permanen di Gaza, AS Menolak

Korban Lebih dari 56.000 orang

Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban jiwa sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023 telah melebihi 56.000 orang—lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak. Dari sekitar 250 sandera yang disekap Hamas sejak serangan ke Israel tahun lalu, hanya sekitar 50 yang tersisa, dan belum diketahui berapa yang masih hidup.

Hamas telah menyatakan bersedia membebaskan semua sandera jika Israel menghentikan operasi militernya. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tuntutan itu. Ia bersikeras perang hanya akan dihentikan setelah Hamas dilucuti dan diasingkan, sesuatu yang ditolak keras oleh kelompok tersebut.

Sementara di lapangan, rakyat Gaza terus menjerit dalam kelaparan. Setelah blokade ketat selama dua setengah bulan, Israel baru mulai mengizinkan sebagian kecil bantuan masuk sejak pertengahan Mei. Namun, distribusinya pun terganggu oleh penjarahan dan kekacauan di titik bantuan.

Bahkan, sejumlah warga yang tengah mengantre bantuan di lokasi yang dijalankan oleh Gaza Relief Foundation—yang didukung AS dan Israel—mengaku ditembak oleh pasukan Israel. Saksi mata menyebut, pasukan melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang tengah menuju lokasi distribusi. Militer Israel mengklaim sedang menyelidiki insiden tersebut.

 

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *