MAKLUMAT — Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Jawa Timur, Wara Sundari Renny Pramana, menyoroti tantangan besar yang harus dihadapi jajaran direksi dan komisaris baru Bank Jatim, usai ditetapkan pada Mei 2025 lalu.
Menurut Renny, Bank Jatim bukan hanya sebagai bisnis. Ia menegaskan bahwa Kepercayaan publik yang sempat tergerus akibat kasus kredit fiktif, hingga dugaan nepotisme, menjadi pekerjaan rumah utama bank BUMD itu.
“Bank Jatim bukan hanya mesin bisnis, tapi representasi dari tata kelola keuangan daerah. Kepercayaan publik adalah modal utama. Direksi dan komisaris baru (Bank Jatim) wajib menunjukkan bahwa mereka layak dipercaya,” tegas Renny di Surabaya, dikutip Kamis (12/6/2025).
Tiga Tantangan Besar

Lebih lanjut, perempuan yang juga kakak kandung Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung itu menyampaikan, setidaknya terdapat tiga tantangan besar yang membayangi langkah awal dan harus diselesaikan oleh kepemimpinan baru Bank Jatim.
Pertama, soal politisasi jabatan yang menurutnya telah memunculkan persepsi publik bahwa penunjukan pimpinan bank lebih berorientasi pada kepentingan politik daripada integritas dan profesionalisme.
“Hal ini bisa menjadi bom waktu jika tidak dijawab secara transparan,” kata perempuan yang juga Bendahara DPD PDIP Jawa Timur itu.
Kedua, minimnya informasi tentang kondisi internal dan arah strategis Bank Jatim juga turut memperdalam keraguan publik.
“Kurangnya keterbukaan atas hal ini menciptakan jarak antara manajemen dan para pemangku kepentingan. Terlebih BUMD ini adalah milik seluruh masyarakat Jawa Timur,” tambahnya.
Ketiga, Renny menekankan pentingnya percepatan transformasi digital di tubuh Bank Jatim. Ia menilai bank milik Pemprov Jatim tersebut masih tertinggal dalam hal inovasi layanan di era perbankan digital yang semakin kompetitif.
Langkah Konkret dan Proaktif
Untuk merespons berbagai tantangan tersebut, Renny mendorong agar direksi dan komisaris baru Bank BUMD itu segera mengambil langkah konkret, seperti audit internal, penyusunan roadmap pemulihan, serta komunikasi proaktif dengan pemangku kepentingan di Jawa Timur.
“Bank Jatim harus mempercepat transformasi digital. Mulai dari mobile banking, pelayanan berbasis AI, hingga mendorong inklusi keuangan di pelosok Jawa Timur,” tandas politisi asal Kediri itu.
Ia menegaskan, profitabilitas bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan bagi pimpinan baru Bank Jatim. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana mereka bisa mengembalikan kredibilitas institusi dan membuktikan bahwa bank daerah ini dapat dikelola secara profesional, transparan, dan modern.
“Masyarakat sedang menunggu pembuktian. Jangan sia-siakan momentum ini. Pulihkan kepercayaan publik, maka kejayaan Bank Jatim akan kembali,” pungkas Renny.