
MAKLUMAT — Anggota Dewan Pers yang baru saja terpilih, Busyro Muqoddas, menyoroti adanya aksi teror yang dialamatkan ke lembaga/institusi, maupun insan pers, yang terjadi belakangan ini. Salah satunya terhadap Majalah Tempo.
Menurut Busyro, tindakan teror terhadap pelaku-pelaku media adalah wujud nyata upaya pembungkaman demokrasi. Ia menegaskan, kritisisme yang dibangun oleh media tidak seharusnya direspon dengan melakukan tindakan-tindakan yang menjurus pada aksi teror.
Pria yang juga Ketua PP Muhammadiyah itu menjelaskan, salah satu fungsi dan peran media adalah untuk edukasi. Membangun cara berpikir kritis secara tidak langsung menjadi upaya institusi media untuk memperkuat demokrasi dengan kritik-kritik konstruktif dan obyektif untuk membangun bangsa yang lebih baik.
“Majalah ini (Tempo) dengan bahasa politiknya itu melakukan kritik, melakukan langkah-langkah memperkuat demokrasi. Demokrasi itu tata cara, konsep, pengertian-pengertian, strategi, bagaimana pemerintah itu betul-betul dilakukan, dijalankan sesuai dengan kebutuhan rakyat, dengan benar dan terbuka,” ujarnya.
Sebagai sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, Busyro menilai bahwa setiap insan pers, termasuk juga masyarakat secara umum, diajak dan disadarkan agar jangan sampai demokrasi mati mengenaskan karena penguasa yang menutup telinga dan antikritik.
Sebelumnya, sejumlah tindakan yang menjurus teror dialamatkan kepada Majalah Tempo. Diketahui, platform media cetak yang terkenal kritis itu mendapatkan paket berisikan kepala babi, hingga tikus mati.
Sejumlah kalangan menilai tindakan tersebut sebagai upaya untuk meneror dan membungkam pers, di tengah banyaknya kasus dan borok yang belakangan terungkap. Mulai dari kasus bensin oplosan, merosotnya IHSG, hingga terbaru polemik pengesahan RUU TNI menjadi UU dalam Sidang Paripurna DPR RI pada 20 Maret 2025 lalu.