Sukses Green Nasyiah, PP NA Ingin Membuat Program Wakaf Hutan

Sukses Green Nasyiah, PP NA Ingin Membuat Program Wakaf Hutan

MAKLUMAT — Dua bulan bukan waktu yang sebentar. Namun bagi 100 perempuan muda dari berbagai pelosok Nusantara, dua bulan itu dijalani dengan penuh semangat, dedikasi, dan cinta pada bumi. Itulah semangat yang membakar aksi lingkungan bertajuk Green Nasyiah, sebuah gerakan kampanye sosial media yang diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PP NA) bersama BAZNAS.

Sabtu, 21 Juni 2025, menjadi hari pamungkas dari seluruh rangkaian kegiatan Green Nasyiah. Digelar secara daring, Ketua Umum PP NA, Ariati Dina Puspitasari, menutup acara dengan ungkapan pernuh perasaan.

“Saya terharu melihat konsistensi para peserta. Mereka bukan hanya hadir secara daring, tapi juga benar-benar hadir dalam aksi. Mereka unggah foto, video, dan refleksi di media sosial, semua tentang kepedulian terhadap lingkungan,” tutur Ariati seperti dilansir laman Muhammadiyah, Rabu (25/6/2025)

Aksi ini, lanjut Ariati, bukan sekadar simbol. Ini awal dari mimpi besar: bagaimana cinta terhadap alam yang lahir dari nilai-nilai kesetaraan dan prinsip sosial bisa tumbuh subur, bahkan bermetamorfosis menjadi gerakan yang lebih besar. Salah satunya, program wakaf hutan, yang mulai dibayangkan menjadi agenda perjuangan Nasyiah berikutnya.

Green Nasyiah tidak hadir dari ruang hampa. Ia lahir dari kegelisahan akan rusaknya lingkungan dan dari keyakinan bahwa perempuan muda bisa menjadi motor perubahan. “Kader NA itu bukan hanya berbicara tentang pengajian dan keluarga. Kami juga bicara soal keberlanjutan hidup, soal bumi tempat anak cucu kita tinggal,” tegas Lufki Laila, Manajer Program Green Nasyiah sekaligus Ketua Bidang Kesehatan dan Lingkungan PP NA.

Baca Juga  Emil Dardak: Nasyiatul Aisyiyah Mitra Luar Biasa dalam Berdayakan Masyarakat

Menurut Lufki, salah satu capaian besar dari program ini adalah meningkatnya kesadaran dan pengetahuan peserta mengenai isu lingkungan. Tidak berhenti di teori, para Duta Green Nasyiah juga menerjemahkan pemahamannya ke dalam aksi nyata. Mulai dari memilah sampah, menanam pohon, membuat taman keluarga, hingga mengajak tetangga untuk menerapkan gaya hidup minim sampah. “Dari keluarga ke masyarakat, dari rumah ke tempat kerja. Praktik baik itu menyebar seperti rantai kebaikan,” ujarnya.

Kampanye Green Nasyiah sendiri berlangsung melalui platform media sosial. Para peserta diwajibkan membagikan foto atau video tentang aksi lingkungan yang mereka lakukan. Ada yang membagikan momen menanam bibit cabai bersama anak-anaknya, ada pula yang membuat video edukasi tentang bahaya plastik sekali pakai.

Program ini bukan lomba, tapi apresiasi tetap diberikan. Dari 100 Duta Green Nasyiah dari 29 provinsi, terpilih 10 sosok inspiratif yang dinilai paling konsisten dan kreatif: Zahrotul Janah (PWNA Jawa Timur), Halwa Karimah Intansari (PDNA Kudus), Sri Niken Ariati (PWNA Sulawesi Selatan), Istikomah (PDNA Surakarta), Siska Mawarni (PDNA Blora), Norma Ismayucha (PCNA Sidayu), Ruri Afria Nursa (PWNA Sumatera Barat), Salsabila Nur (PDNA Temanggung), Rusmasari (PCNA Cikarang Raya), dan Liza Uswatun (PASHMINA Sleman).

Aksi kecil dari rumah, lalu meluas ke komunitas. Dari komunitas, menjalar ke dunia digital. Dari digital, tumbuh jadi inspirasi nasional. Mungkin itulah kekuatan perempuan muda NA—sunyi, tapi berdampak. Diam-diam, mereka sedang menenun masa depan bumi.

Baca Juga  Emil Sebut Jatim Berhasil Catat Sejarah Pengentasan Kemiskinan, Tertinggi se Jawa

Dan kalau kelak, hutan wakaf itu benar-benar jadi kenyataan, barangkali kita akan mengenang Green Nasyiah sebagai titik mula. Sebuah kampanye yang dimulai dari unggahan di Instagram, tapi berujung pada lahirnya kesadaran ekologis yang hidup, lestari, dan bermartabat.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *