Sulthon Hanafi, Putra Daerah Lamongan yang Sukses Jadi Pengusaha Perikanan

Sulthon Hanafi, Putra Daerah Lamongan yang Sukses Jadi Pengusaha Perikanan

MAKLUMAT — Sulthon Hanafi, pengusaha di sektor perikanan asal Lamongan, Jawa Timur, membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan dapat membawa kepada pintu kesuksesan.

Berawal dari kuli panggul di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Brondong, Lamongan, kini nama Sulthon Hanafi telah menjadi salah satu pemain utama di sektor tersebut, melalui PT Bahari Sinar Baru alias Baharu.

Menceritakan pengalamannya merintis usaha dari awal kepada Maklumat.ID, ia mengaku yakin bahwa tekad, kerja keras, dan ketekunan adalah kunci utama dalam membangun karirnya hingga moncer seperti sekarang.

“Seorang pengusaha itu terlahir dari beberapa faktor, kalau kami itu terbentuk, terlahir dari lingkungan ya. Jadi kita mengawali dari kuli dulu. Jadi kuli panggul di tempat pelelangan ikan di Lamongan. Tepatnya di Brondong, Lamongan,” bukanya.

Setelah sekitar empat tahun menjadi kuli panggul, karir alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu naik dan menempati bagian penjualan, hingga pada tahun 2014 ia memutuskan mendirikan usaha sendiri.

Pada tahun 2017, UD Multi Fish yang digawanginya tersebut kemudian berkembang dan naik kelas, bertransformasi menjadi Perseroan Terbatas (PT) bernama Bahari Sinar Baru alias Baharu.

“Kemudian 2014, kami mendirikan usaha sendiri. Pertama (dengan badan hukum) namanya UD (Usaha Dagang), UD Multi Fish. Kemudian 2017 kami scale up menjadi PT dengan nama Bahari Sinar Baru,” kisah pria yang juga akrab disapa Cak Aping itu.

Perkembangan Usaha PT Baharu

Lebih lanjut, Hanafi mengungkapkan PT Baharu ia dirikan menyuplai berbagai jenis ikan, baik ikan-ikan pelagis atau ikan-ikan yang hidup di permukaan laut, hingga ikan-ikan demersal.

Baca Juga  Simak Profil Anggun Zifa, Kader IMM yang Jadi Presiden Mahasiswa Unair

“Kita semua ikan ya, semua ikan dari ikan pelagis sampai ikan demersal. Apa itu ikan pelagis? Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di permukaan laut, seperti layang, tongkol, kembung, dll. Kalau ikan demersal yang sering kita jumpai itu kerapu, kakap merah, pari, dan lain-lain. Itu semua sektor kami ada,” tandasnya.

Untuk menjalankan usahanya di sektor perikanan tersebut, pria yang juga alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya itu menyebut telah memiliki beberapa kapal dan menjalin kemitraan dengan masyarakat.

Bahkan, ia menyebut telah melakukan ekspansi usahanya ke luar Jawa, termasuk menjalin join venture dengan mitra di Sulawesi hingga mendirikan pabrik sendiri di Maluku.

“Jadi kami ada beberapa kapal dan kemitraan dengan warga sekitar di Blimbing dan Brondong, Lamongan. Kalau untuk yang pelagis, bahan baku kami, semua proses di luar pulau, dari Sulawesi, kami ada join venture,” katanya.

“Di Maluku kita punya pabrik sendiri. Di Flores kita baru saja menjalin kemitraan dengan orang Flores, kebetulan beliau adalah orang Muhammadiyah,” sambung putra daerah asal Lamongan itu.

Sekilas tentang PT Baharu dan produk-produknya. (Infografis: Liberasi UIN/ Zaki)
Sekilas tentang PT Baharu dan produk-produknya. (Infografis: Liberasi UIN/ Zaki)

Meski begitu, ia mengatakan bahwa kesuksesan yang dicapainya saat ini bukan proses yang instan dan tanpa kendala ataupun tantangan. Ia menegaskan pentingnya niat yang kuat dan mental yang tangguh, serta skill yang terlatih dan terus berkembang.

Baca Juga  Taufik Hidayat, Legenda Bulu Tangkis yang Diminta Prabowo Membantu Tingkatkan Olahraga Indonesia

Pasang surut keberhasilan dan kerugian juga sudah kerap kali dialami. Termasuk, salah satu tantangannya adalah soal musim yang sulit diprediksi di beberapa daerah.

Meski begitu, dengan tekad kuat, kerja keras, dan ketekunannya, PT Baharu terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Alhamdulillah, dari tahun ke tahun meningkat. Tapi kita sulit prediksi karena musiman. Karena musiman, beda dengan dulu. Kita sering akurasinya baik untuk diprediksi. Tapi, saat ini agak sulit karena situasi musim beda-beda,” kata dia.

“Musim di Maluku dengan Sulawesi, itu musim anginnya beda. Apalagi Flores dan Jawa juga, semua berbeda-beda, maka dari itu kita harus pandai-pandai membaca situasi dan kondisi di perairan setempat. Entah itu Maluku, Sulawesi, dan sebagainya. Untuk lima bulan ke depan, kita harus bisa membaca itu, memprediksi itu,” tambah Hanafi.

Saat ini, Hanafi menyebut bahwa PT Baharu fokus untuk memenuhi bahan baku UMKM, hingga sekitar 60-70 persen. Selain itu, ia juga menjamah ke pasar ekspor ke beberapa negara tetangga, seperti Vietnam dan Korea.

“Kita fokus untuk memenuhi bahan baku UMKM. 60% sampai 70% kita memenuhi kebutuhan mereka dari pemindang, pengasap, dan pengasin. Itu kita fokus di situ,” terangnya.

“Selebihnya kita ekspor ke Korea dan Vietnam untuk umpan ikan tuna. Jadi kami punya layang, yang namanya layang kan bukan hanya di pindang saja. Tapi untuk ukuran atau size yang besar, satu kilo isi empat, atau satu kilo isi delapan itu biasanya dibeli oleh teman-teman di Surabaya dan Sidoarjo untuk diekspor ke Korea dan Vietnam untuk umpan tuna,” jelas Hanafi.

Baca Juga  Kiprah Agung Budi Margono, Anak Penjual Sayur di Pasar Tradisional yang Berhasil Sandang Gelar Doktor

Motivasi Bagi Generasi Muda

Ke depan, Sulthon Hanafi berharap agar para generasi muda, khususnya kader-kader muda Muhammadiyah semakin banyak yang terjun ke dunia usaha.

Ia berharap meskipun mereka menekuni dunia akademisi, birokrasi atau politik, dan sebagainya, namun sebaiknya tetap berusaha untuk menjadi pengusaha, meskipun hanya skala kecil.

“Harapan kami untuk generasi muda, terutama kader-kader Muhammadiyah, yang setelah kuliah, meskipun mereka itu terjunnya di akademisi atau birokrasi, harapan saya jangan pernah meninggalkan usaha, untuk menjadi pengusaha,” harapnya.

Menurut dia, banyak keuntungan dengan menjadi seorang pengusaha. Salah satunya, kata dia, adalah bahwa pengusaha tidak terikat dengan waktu. Selain itu, menjadi pengusaha juga telah dicontohkan para tokoh Islam terdahulu.

Namun, ia mewanti-wanti bahwa untuk menjadi pengusaha setidaknya terdapat tiga hal yang harus ditanamkan, yakni kerja keras, kejujuran, dan tekad pantang menyerah.

“Karena pengusaha itu tidak terikat dengan waktu, tidak terikat dengan tempat, sekarang apalagi zamannya online. Dengan begitu harapan saya bertumbuh banyaknya pengusaha-pengusaha dari Muhammadiyah. Yang penting jadi pengusaha itu: kerja keras, jujur, pantang menyerah,” pungkas Sulthon Hanafi.

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *