Surat Terbuka Aktivis Muda Desak Menteri Lingkungan Hidup, Ingatkan Bahaya Polusi Plastik

Surat Terbuka Aktivis Muda Desak Menteri Lingkungan Hidup, Ingatkan Bahaya Polusi Plastik

MAKLUMAT — Aktivis muda yang bergerak di lingkungan, Aeshnina Azzahra Aqilani, menyampaikan surat terbuka kepada Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq. Melalui unggahan di akun instagram pribadinya @aeshnina, Senin (11/8/2025), ia mendesak Pemerintah Indonesia mendukung perjanjian global untuk mengurangi produksi plastik yang mengikat secara hukum.

Surat itu ditujukan sebagai respons atas pertemuan Intergovernmental Negotiating Committee (INC) 5.2 yang berlangsung pada 5–14 Agustus 2025 di Kantor PBB, Jenewa, Swiss. Pertemuan ini dihadiri lebih dari 3.700 peserta dari 184 negara dan 619 organisasi pengamat. Delegasi dari berbagai belahan dunia membahas kesepakatan untuk mengakhiri polusi plastik yang dinilai telah mengancam planet, perekonomian, dan kesehatan manusia.

Aeshnina mengingatkan bahwa masalah plastik sudah menjadi krisis yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. “Plastik mendorong perubahan iklim dan mencemari lautan, sungai, tanah, udara serta berdampak pada manusia yang hidup dan makhluk hidup lainnya. Plastik meracuni komunitas, rumah, dan tubuh kita,” ujarnya.

Ia juga menyinggung bahwa temuan ilmiah terbaru mengungkapkan tingkat pencemaran mikroplastik yang memprihatinkan di Indonesia. Penelitian di Gresik menemukan mikroplastik pada darah, ketuban, dan air seni ibu hamil. Sementara itu, udara di 20 kota besar di Indonesia juga telah terkontaminasi partikel serupa. Temuan ini memperkuat argumennya bahwa polusi plastik sudah memasuki rantai kehidupan manusia sejak tahap paling awal.

Baca Juga  Disebut Dapat Jatah 50% dari Judi Online, Budi Arie: Lagu Lama Kaset Rusak

“Gen Z dan Gen Alpha adalah korban dari krisis plastik zaman ini. Kami sebagai anak muda mengajak kepada masyarakat global, penduduk Indonesia, ilmuwan, dan pelaku bisnis terutama delegasi Indonesia dalam INC 5.2 untuk menyerukan tindakan ambisius dan mendesak untuk mengatasi ancaman polusi plastik,” kata alumnus SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB, Gresik itu.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Nina ReducePlastic (@aeshnina)

Aeshnina juga menyoroti bahwa langkah-langkah penyelesaian sudah tersedia. Menurutnya, hambatan terbesar bukan pada ketiadaan solusi, melainkan pada kemauan untuk bertindak. Ia menilai produksi plastik dalam jumlah besar harus dihentikan segera, dan waktu yang tersisa untuk melakukan perubahan semakin sempit.

Baginya, kekhawatiran kehilangan keuntungan bisnis tidak seharusnya menjadi alasan untuk menunda kesepakatan ini. Ia menilai bahwa memprioritaskan keberlangsungan planet dan kesejahteraan manusia justru akan membuka jalan untuk mendapatkan profit yang lebih berkelanjutan di masa depan.

“Saya berharap kepada Pak Menteri dan delegasi Indonesia untuk berupaya mewujudkan perjanjian plastik global yang kuat dan mengikat secara hukum agar menciptakan masyarakat yang bebas dari polusi plastik. Kesehatan dan lingkungan kita sejahtera untuk sekarang dan untuk generasi mendatang,” tandas mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *