MAKLUMAT — Lembaga The Republic Institute merilis survei kinerja 100 hari kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak. Hasilnya, 71,4% masyarakat Jawa Timur mengaku puas atas berjalannya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
Kendati demikian, angka tersebut ternyata masih lebih rendah dibandingkan temuan survei di awal periode pertama kepemimpinan Khofifah-Emil, yang bahkan menyentuh lebih dari 80%.
Selain itu, publik juga cenderung berharap Gubernur dan Wakil Gubernur meningkatkan peran dan kinerjanya. Persentase masyarakat yang berada dalam kategori Sangat Berharap dan Berharap mencapai 80,3%.
“Meskipun mayoritas masyarakat Jawa Timur (71,4%) menyatakan puas terhadap kinerja pemerintahan Khofifah–Emil selama 100 hari, angka ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan standar kepuasan publik pada periode awal kepemimpinanya (periode pertama) yang mampu menembus 80% ke atas,” ujar Peneliti Utama The Republic Institute, Dr Sufyanto.
75,1% Menilai Gubernur Belum Sesuai Harapan

Tak hanya itu, meski survei menyebutkan sebagian besar masyarakat mengaku puas terhadap kinerja 100 hari pertama kepemimpinan Khofifah-Emil, ternyata sekitar 75,1% menilai Gubernur Khofifah belum bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan publik.
Sufyanto menjelaskan, angka tersebut menjadi sinyal kuat bahwa Gubernur Khofifah dinilai belum mampu menjawab ekspektasi masyarakat secara optimal. Hal terseut jelas menjadi tantangan untuk menjawab tingginya harapan masyarakat.
“Sehingga dibutuhkan langkah evaluatif dan perbaikan menyeluruh agar kepemimpinan ke depan lebih responsif, berdampak langsung, dan mampu membangun kembali kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah daerah,” tandasnya.
Tingginya persentase masyarakat Jawa Timur yang menilai kinerja Gubernur Khofifah belum sesuai harapan itu, terutama disebabkan program-program yang dinilai lebih bersifat seremonial (21,1%), tidak berdampak langsung (12,6%), hingga tidak sejalan dengan janji maupun kebutuhan nyata di lapangan (20,4%).
“Ketimpangan antara retorika dan realisasi, lambannya pemerataan pembangunan, serta minimnya respons terhadap isu-isu strategis memperkuat kesan bahwa kepemimpinan saat ini belum berhasil menjawab aspirasi dan ekspektasi masyarakat secara substansial dan merata,” ungkap Sufyanto.
Menurutnya, temuan ini mengindikasikan bahwa masyarakat mengharapkan dampak dari kebijakan Khofifah-Emil lebih cepat dirasakan. Hal tersebut dikarenakan Khofifah-Emil bukan pemimpin baru yang menjabat 100 hari ini saja, melainkan telah menjabat juga pada periode sebelumnya.
“Sehingga masyarakat menaruh ekspektasi tinggi terhadap program kerja yang pada dasarnya merupakan lanjutan, bukan program kerja yang memulai dari awal dan tentunya memerlukan lebih banyak waktu,” jelas Sufyanto.
Pelaksanaan Survei 100 Hari Kerja
Sebagai informasi, survei The Republic Institute tersebut dilakukan pada periode 15-22 Mei 2025, dengan pengambilan sampel responden menggunakan metode stratified random sampling berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS).
Jumlah responden sebanyak 2.200 orang yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Timur. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka langsung menggunakan kuesioner.
Untuk memvalidasi data yang didapatkan, tim surveyor melakukan spotcheck hingga 25% dari jumlah sampel secara acak melalui telepon. Margin of error (MoE) dalam survei tersebut di angka ±2,1%.
Selain melakukan survei terhadap kinerja Khofifah dan Emil, The Republic Institute juga melakukan survei terhadap sejumlah kepala daerah dan wakil kepala daerah di Kabupaten/Kota se-Jawa Timur.