MAKLUMAT — Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Kota Semarang resmi menyatakan keluar dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Kerakyatan. Sikap ini menambah daftar kampus yang menarik diri dari aliansi, setelah sebelumnya BEM Universitas Gadjah Mada (UGM) dan BEM Universitas Diponegoro (UNDIP) terlebih dahulu menyatakan mundur.
Presiden BEM UNISSULA, Wiyu Ghaniy Allathif, menyampaikan langsung sikap organisasinya melalui pernyataan resmi yang diunggah di akun Instagram @bemkmunissula. Ia menilai Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI Kerakyatan yang berlangsung di Padang pada 13–19 Juli 2025 telah jauh menyimpang dari nilai moralitas gerakan mahasiswa.
“Forum yang berlangsung kurang lebih lima hari tersebut banyak sekali intervensi politik, penuh keculasan, bahkan adanya baku hantam antar peserta forum, menandakan ini jauh dari substansi gerakan mahasiswa,” katanya.
Menurutnya, landasan aturan seperti SOP BEM SI yang seharusnya menjadi rujukan dalam forum justru diabaikan. Ia menilai forum tersebut dikendalikan oleh kepentingan segelintir kelompok yang tidak membawa semangat perjuangan mahasiswa secara murni.
“Munas tersebut bukan ruang kaderisasi, bukan ruang konsolidasi, tapi ruang kompromi politik yang mencederai idealisme,” ujarnya.
Dalam pernyataannya, ia mengutip pidato Bung Karno sebagai bentuk refleksi terhadap kondisi gerakan mahasiswa saat ini. Ia mengajak seluruh mahasiswa dari kampus mana pun untuk kembali ke jalur perjuangan rakyat yang bersih dari kepentingan kekuasaan.
“Lenyapkan sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa! Nyalakan terus obor kesetiaan terhadap kaum Marhaen! Agar semangat Marhaenisme bernyala-nyala murni! Dan agar yang tidak murni terbakar mati!” katanya.
Ia menegaskan bahwa BEM UNISSULA tidak akan bergabung dalam aliansi nasional mana pun sebagai bentuk komitmen menjaga kemurnian gerakan. “Kami BEM UNISSULA dengan tegas dan jelas keluar dari Aliansi BEM SI Kerakyatan dan tidak mengikuti aliansi nasional mana pun,” tandasnya.
BEM UGM dan UNDIP Mundur dari BEM SI
Sebelumnya, BEM UGM dan BEM UNDIP juga menyatakan mundur dari Aliansi BEM SI Kerakyatan.
BEM KM UGM, dalam keterangan yang ditandatangani oleh Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, melalui akun Instagram @bemkm_ugm pada Senin (21/7/2025), menulis “BEM KM UGM Not for sale.”

Tiyo menegaskan bahwa sejak awal pihaknya tidak memiliki ambisi untuk memperebutkan posisi apa pun dalam struktur kepengurusan BEM SI. Ia menilai kehadiran UGM cukup sebagai bagian dari sejarah pendirian aliansi ini pada 2007, dan setelahnya hanya ingin membersamai dalam garis perjuangan.
“Yang terjadi justru paradoks: forum tersebut menjadi ruang konfliktual nir-substantif sekaligus tempat penguasa memoles muka. Sesama mahasiswa bisa baku hantam dan saling mengumpat, bukan karena keberpihakan atau ideologi yang berbeda, tapi karena ada sesuatu yang diperebutkan: entah apa,” katanya.
Dalam Munas XVIII, BEM KM UGM hadir lewat tiga perwakilan: Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, Wakil Ketua Bidang Analisis BEM KM UGM Sheron Adam Funay, dan Koordinator Bidang Pergerakan BEM KM UGM Fedora Rifqi Ramadhan. Ketiganya hadir karena menganggap forum tersebut sebagai ruang strategis merumuskan arah gerak mahasiswa bersama rakyat.
Namun, menurut Tiyo, forum berubah menjadi ajang kompromi politik. Ia menyoroti kehadiran sejumlah tokoh negara seperti Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumatra Barat, Kapolda, hingga Kepala BIN Daerah. Mereka tampil di forum dan memamerkan kebersamaannya dengan mahasiswa melalui media sosial.
“Kehadiran orang-orang yang merupakan simbol kekuasaan bagi kami menciderai independensi gerakan. Mungkinkah mereka masuk ke forum murni diundang, atau karena ada tiket masuk yang telah mereka dapatkan?” ujarnya.
Tiyo juga menyinggung insiden simbolik yang dinilainya mencerminkan relasi tak sehat antara BEM SI dan aparat negara.
“Kami melihat dengan jelas: sebuah karangan bunga yang datang pagi hari, disembunyikan, lalu dimunculkan kembali ketika momen pembukaan (saat para elite politik dan aparat itu datang). Sebuah karangan bunga dari Kepala BIN Daerah Sumatra Barat. Sebenarnya, kemesraan apa yang terjalin antara BEM SI dan BIN sehingga hadir karangan bunga?” katanya.
Menurut laporan BEM KM UGM, kericuhan sempat terjadi pada Jumat dini hari, 18 Juli 2025. Dua mahasiswa mengalami luka: satu mengalami patah tulang, satu lagi lebam dan berdarah. Selain itu, sejumlah peserta mengalami tekanan psikis akibat ketegangan dalam forum.
“Kami prihatin dan menyesalkan kejadian itu. Bagi kami, tidak ada jabatan yang berharga untuk direbut sampai harus ribut. Kesatuan kita adalah aset berharga bagi gerakan rakyat sipil,” ujar Tiyo.
Ia menyampaikan bahwa pernyataan yang dirilis hanya bagian kecil dari keseluruhan persoalan. Menurutnya, jika semua hal dibuka, tidak menutup kemungkinan banyak kampus lain akan mundur dari aliansi tersebut.
“BEM KM UGM memegang teguh nilai dan muruah gerakan. Kami memilih jalan sunyi tapi bercahaya: setia bersama Rakyat Indonesia,” tandasnya.