Tahun Baru Islam 1447 H: Muhammadiyah Mulai Kamis, NU Tetapkan Jumat

Tahun Baru Islam 1447 H: Muhammadiyah Mulai Kamis, NU Tetapkan Jumat

MAKLUMATTahun Baru Islam 1447 H  dimulai pada Kamis (26/6/2025). Muhammadiyah menetapkan tanggal tersebut berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), sebuah sistem kalender berbasis astronomi yang mereka kembangkan untuk menetapkan awal bulan Hijriah secara ilmiah dan seragam.

KHGT hadir sebagai solusi atas seringnya perbedaan penentuan awal bulan di kalangan umat Islam. Dengan menggabungkan pendekatan konjungsi (ijtima’) dan imkan rukyat (kemungkinan terlihatnya hilal), KHGT memungkinkan penetapan kalender yang objektif, konsisten, dan bisa dirancang puluhan tahun ke depan.

“1 Muharram 1447 H jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025,” tegas Muhammadiyah seperti dilansir laman Masjid Muhammadiyah dikutip pada Kamis (26/6/2025). Mereka tidak bergantung pada observasi visual hilal, melainkan pada kalkulasi ilmiah. Hal ini menjadi alasan perbedaan dengan metode yang digunakan pemerintah atau ormas lain.

Sementara itu, Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menetapkan awal Muharram jatuh pada Jumat Kliwon, 27 Juni 2025. Keputusan ini tercantum dalam Surat Keputusan Nomor 76/PB.08/A.II.01.13/13/06/2025 yang ditandatangani oleh Ketua LF PBNU KH Sirril Wafa dan Sekretaris H Asmui Mansur, Rabu (25/6/2025).

LF PBNU menggunakan pendekatan hisab rukyat berbasis istikmal—menggenapkan bulan Dzulhijjah menjadi 30 hari—karena hilal belum memenuhi syarat untuk terlihat pada Rabu Pon, 29 Dzulhijjah 1446 H (25 Juni 2025 M). “Hilal masih di bawah ufuk di seluruh wilayah Indonesia saat matahari terbenam,” tulis surat tersebut seperti dilansir laman NU Online.

Perhitungan ilmu falak PBNU menunjukkan bahwa ijtima’ terjadi pada Rabu pukul 17.43 WIB. Namun, tinggi hilal berada pada minus 1 derajat 42 menit 33 detik di Jakarta. Titik terendah hilal terpantau di Jayapura, Papua, dengan ketinggian minus 3 derajat 50 menit. Sementara itu, titik tertinggi tercatat di Lhoknga, Aceh, namun masih berada di bawah ufuk yaitu minus 0 derajat 12 menit.

Baca Juga  Anwar Abbas: Demi Pemilu Damai, Prinsip Luber dan Jurdil Harus Dijunjung Tinggi

Data ini membuat hilal tidak memenuhi kriteria imkan rukyat Nahdlatul Ulama, yang mensyaratkan tinggi minimal 3 derajat dengan elongasi lebih dari 6,4 derajat. Karena itu, NU menetapkan awal tahun baru Hijriah pada Jumat, dengan pertimbangan istikmal berdasarkan metode hisab tahqiqy tadqiky ashri kontemporer khas NU.

LF PBNU juga meminta seluruh jajaran Lembaga Falakiyah di tingkat wilayah dan cabang untuk menyampaikan pengumuman ini kepada warga Nahdliyin secara luas.

KHGT, di sisi lain, menawarkan pendekatan global. Muhammadiyah mengklaim sistem ini memungkinkan penanggalan yang dapat diprediksi jauh hari dan menyatukan umat Islam di seluruh dunia. “Kalender ini bukan hanya untuk Muhammadiyah, tetapi terbuka bagi siapa saja yang ingin kalender Hijriah yang seragam dan ilmiah,” tegas mereka.

Umat Islam diajak menyambut 1 Muharram dengan memperbanyak doa, dzikir, dan refleksi diri. Momentum ini menjadi ajang pembaruan niat untuk hijrah ke arah yang lebih baik—baik secara personal maupun sosial.

Perbedaan penetapan awal tahun Hijriah bukan hal baru. Namun, di tengah perbedaan itu, semangat menyambut tahun baru Islam tetap hidup dan penuh makna.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *