DIREKTUR Quantum Akhyar Institute, Ustadz Adi Hidayat (UAH) turut menyampaikan pandangannya mengenai format Debat Pilpres yang baru-baru ini digelar. Dia menekankan pentingnya perubahan dalam pendekatan debat untuk menciptakan diskusi yang lebih substansial.
Menurut dia, format Debat Pilpres saat ini belum mampu memberikan gambaran komprehensif tentang strategi dan implementasi program para kandidat. UAH berharap, Debat Pilpres dapat mewakili kebutuhan nyata masyarakat.
“Kita belum bisa mendapatkan gambaran komprehensif tentang tema debat terkait,” katanya, dikutip dari unggahan berjudul ‘UAH Mereaksi Debat Cawapres dan Mengusulkan Format Terpadu’ di channel YouTube officialnya, Senin (25/12/2023).
Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah itu lantas mengusulkan format debat baru yang melibatkan panelis dari berbagai provinsi Indonesia. Menurutnya, hal itu akan memungkinkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang lebih representatif terhadap kegelisahan ataupun persoalan-persoalan di masing-masing daerah.
“Akan lebih bagus bila dihadirkan panelis-panelis yang mewakili bagian dari provinsi-provinsi di Indonesia,” sarannya.
Lebih lanjut, UAH mengusulkan konsep ‘glokalisasi’, yaitu pendekatan yang menggabungkan aspek global dan lokal dalam ekonomi digital. Dia menyarankan pengembangan aplikasi daerah yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti UMKM, transportasi lokal, dan kerukunan beragama.
“Yang paling penting adalah bagaimana gagasan-gagasan yang ditampilkan itu adalah gagasan yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” tandasnya.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah melakukan dua kali rangkaian Debat Pilpres, yakni debat pertama untuk capres pada 12 Desember 2023 lalu, serta debat kedua untuk cawapres pada 22 Desember 2023.
Selanjutnya, rangkaian Debat Pilpres akan dilaksanakan tiga kali lagi, yakni pada 7 Januari 2024, 21 Januari 2024, serta 4 Februari 2024. (*)
Reporter: Ubay NA
Editor: Mohammad Ilham